China Berpotensi Topang Ekonomi Rusia di Tengah Sanksi yang Diberikan Kepada Moskow, Bagaimana Respon Barat?

25 Februari 2022, 18:45 WIB
China Berpotensi Topang Ekonomi Rusia di Tengah Sanksi yang Diberikan Kepada Moskow, Bagaimana Respon Barat?. /Sputnik/Aleksey Druzhinin/Kremlin via Reuters /

SEMARANGKU - China berpotensi menopang ekonomi Rusia, ditengah Moskow yang dijatuhi sanksi oleh Barat karena menginvasi Ukraina.

China telah muncul sebagai pemain kunci dengan potensi untuk melemahkan tekanan sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Barat kepada Moskow.

China dapat menjadi jalur kehidupan ekonomi bagi Rusia karena menghadapi isolasi dan celaan yang semakin meningkat di panggung internasional atas invasi Moskow ke Ukraina.

Berhubung karena sebagian besar komunitas internasional menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, China telah muncul sebagai pemain vital dengan potensi untuk mengurangi kerusakan ekonomi yang akan diterima Rusia.

Baca Juga: Tanggapi Penyerangan Rusia ke Ukraina, Jurnalis Asal Skotlandia: Jangan Pernah Lupakan Kekejaman di Palestin

Pada Kamis, 24 Februari 2022, otoritas bea cukai China mengumumkan pencabutan pembatasan impor gandum Rusia.

Bagaimana respon barat?

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison pada Jumat, 25 Februari 2022 menggambarkan langkah China sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.

Morisson menuduh Beijing melemparkan ‘garis kehidupan’ ke Rusia di tengah periode ketika mereka menyerang negara lain.

Alicia García Herrero, Kepala Ekonom untuk Asia Pasifik di Natixis di Hong Kong, mengatakan bahwa itu adalah sinyal dukungan China terhadap Rusia.

“Hal lain yang telah dilakukan China adalah untuk benar-benar memperjelas bahwa sanksi tidak efektif dan tidak dijamin,” ujar Herrero, dikutip dari Al Jazeera.

Baca Juga: INVASI RUSIA! Analis Sebut Putin Telah Lama Terobsesi dengan Ukraina, Demi Kejayaan Moskow?

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying menolak untuk menggolongkan tindakan Rusia sebagai invasi.

Serta menuduh Amerika Serikat ‘menyalakan api’ krisis.

Meskipun demikian, Hua berharap bahwa Rusia dan Ukraina kembali ke meja dialog dan bernegoisasi.

Beijing dan Moskow telah menjalin hubungan dekat di tengah hubungan yang semakin sengit dengan AS dan sekutunya di Eropa dan Asia.

Setelah pertemuan Xi dengan Putin di Beijing awal bulan ini, kedua pemimpin mengumumkan bahwa persahabatan antara negara mereka tidak terbatas dan tidak akan ada bidang kerjasama yang terlarang.

Qinduo Xu, seorang rekan senior di Pangoal Institution di Beijing, mengatakan bahwa China akan melanjutkan bisnis dengan Rusia seperti biasa.

“Yang terpenting, Washington tidak mungkin mengubah arah melawan China dalam persaingan strategisnya. Jadi saya cenderung melihat China melanjutkan bisnisnya dengan Rusia, bukan untuk mengurangi sanksi terhadap Moskow, tetapi pada prinsipnya tidak mengikuti sanksi sepihak,” ujar Xu, dikutip dari Al Jazeera.

Setelah melonggarkan impor gandum, China dapat melunakkan pukulan dari setiap kesulitan ekonomi yang ditimbulkan pada Moskow dengan meningkatkan pangsa impor energinya.

Pada bulan Februari 2022, Rusia menandatangani kontrak 30 tahun untuk memasok gas ke China melalui pipa baru.

Ini adalah bagian dari kemitraan energi yang berkembang antara kedua pihak.

Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan produsen gas alam terbesar kedua.

Itulah China yang berpotensi menopang ekonomi Rusia di tengah sanksi yang diberikan oleh Barat karena menginvasi Ukraina.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler