Ketegangan Houthi - UEA Masih Terus Meningkat, Warga Sipil Yaman Jadi Tumbal

28 Januari 2022, 18:19 WIB
Ketegangan Houthi - UEA Masih Terus Meningkat, Warga Sipil Yaman Jadi Tumbal. REUTERS/Naif Rahma /NAIF RAHMA/REUTERS

SEMARANGKU - Warga sipil Yaman menjadi ‘tumbal’ atau korban akibat ketegangan pemberontak Houthi dengan Uni Emirat Arab (UEA) yang masih terus meningkat.

PBB memperkirakan Januari 2022 hampir pasti menjadi bulan yang memecahkan rekor tertinggi untuk korban sipil di Yaman akibat konflik Houthi dengan UEA.

Ketegangan antara Houthi dengan Uni Emirat Arab (UEA) yang mengorbankan banyak warga sipil Yaman mendorong organisasi kemanusiaan untuk membunyikan alarm bahaya.

Medecins Sans Frontieres (MSF) memperingatkan serangan udara yang diluncurkan oleh koalisi pimpinan Saudi (termasuk UEA) menandai peningkatan dramatis dalam kekerasan yang menimbulkan korban jiwa di Yaman.

Baca Juga: Situasi Memanas! Koalisi Pimpinan Arab Saudi Lancarkan Serangan Udara di Yaman, 14 Orang Tewas

Utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg memperingatkan pada bahwa Januari 2022 kemungkinan akan mencatat jumlah kematian bulanan tertinggi.

Peringatan ini muncul setelah serangan udara dan serangan rudal menghantam rumah sakit, infrastruktur telekomunikasi, bandara, fasilitas air dan sekolah.

Eskalasi memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah.

Memperumit upaya untuk memberikan bantuan, mengancam keamanan regional, dan melemahkan upaya untuk mengakhiri konflik.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan sejak awal Januari 2022, delapan juta warga Yaman telah menerima pengurangan bantuan karena lonjakan kekerasan.

Yaman berada dalam pergolakan gelombang keempat Covid-19 dan telah menyaksikan kebangkitan penyakit yang dapat dicegah, termasuk polio, campak, dan difteri.

Baca Juga: Dunia Semakin Mencekam, Rusia - Ukraina Siaga Perang, China Peringatkan AS untuk Tidak Ikut Campur

Selain itu, blokade bahan bakar oleh koalisi pimpinan Saudi menyebabkan kekurangan akut dan melumpuhkan sistem kesehatan Yaman yang sudah lemah.

“Kami menggunakan generator untuk menyalakan rumah sakit kami, jadi bahan bakar adalah masalah besar. Tidak ada bahan bakar di tangki juga berarti lebih sedikit orang yang membutuhkan bantuan medis dapat mencapai rumah sakit sejak awal,” ujar Ahmed Mahat, kepala misi MSF di Yaman, dikutip dari Al Jazeera.

Serangan udara juga membuat intervensi berbahaya.

Beberapa bagian negara itu tetap tidak dapat diakses, termasuk wilayah Marib penghasil energi Yaman.

Wilayah tersebut telah direbut pemberontak Houthi selama berbulan-bulan.

MSF mengatakan pihaknya khawatir akan lonjakan jumlah pengungsi internal di wilayah Marib yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Hal ini karena dana dan sumber daya berkurang.

Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan lebih dari lima juta orang di Yaman berada di ambang kelaparan, dan 50.000 lainnya hidup dalam kondisi seperti kelaparan.

Pada bulan Desember 2021, badan PBB mengatakan kehabisan dana untuk terus memberikan bantuan makanan kepada 13 juta orang.

“Kami menyerukan semua pihak dalam perang untuk menahan diri dari eskalasi konflik dan untuk menghormati hukum internasional,” pungkas Mahat.

Itulah ketegangan Houthi-UEA yang masih terus meningkat, warga sipil Yaman jadi tumbal.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler