Disaat Ilmuwan Peringatkan Kode Merah Krisis Iklim, Indonesia Sibuk dengan Tambang Batu Baranya

13 Agustus 2021, 17:08 WIB
Ilustrasi gambar, Disaat ilmuwan memperingatkan kode merah krisis iklim, Indonesia justru sibuk dengan tambang batu bara/pixabay/stafichukanatoly /

 

 

SEMARANGKU – Peringatan kode merah krisis iklim oleh para ilmuwan diabaikan oleh Indonesia yang justru terus sibuk menambang batu bara.

Para ahli mengatakan Indonesia telah kehilangan kesempatan untuk meningkatkan ambisi perubahan iklim.

Menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow mulai 31 Oktober mendatang, Indonesia masih belum jelas dalam komitmennya menekan krisis iklim.

 Baca Juga: Kode Merah pada Manusia, Laporan PBB Ungkap Tindakan Manusia Telah Mengubah Iklim Menjadi Tingkat Ini

Disaat semua negara menargetkan nol emisi pada tahun 2060, Indonesia masih belum jelas tentang bagaimana sebenarnya untuk mencapai target tersebut.

“Kami tidak benar-benar melihat sesuatu yang baru. Tidak ada peningkatan komitmen sama sekali. Tidak ada angka baru,” kata Elrika Hamdi, analis keuangan energi di The Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), dikutip dari CNA 13 Agustus 2021.

Berdasarkan Dokumen Kontribusi Nasional (NDC), Indonesia berkutat pada janji 2016 untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen.

Sementara, akhir tahun 2020 lalu internasional sepakat dengan mengurangi emisi sebesar 41 persen.

 Baca Juga: Darurat Iklim, Para Ilmuwan 'Sentil' Pemerintah Tentang Eksploitasi Bumi hingga Beri Peringatan

Manajer senior hutan, iklim, dan lautan World Resource Institute (WRI), Arief Wijaya menyayangkan Indonesia tidak membidik target yang lebih tinggi.

Ada beberapa faktor yang mempersulit transisi hijau Indonesia, diantaranya prioritas pertumbuhan ekonomi, melimpahnya batu bara dan pentingnya ekspor batu bara.

Seorang peneliti di Fakultas Teknologi, Kebijakan dan Manajemen di Delft University of Technology, Abidah Setyowati mengatakan pemerintah Indonesia bersikap pragmatis tentang targetnya, tidak ingin menjanjikan apa yang tidak bisa dicapai.

“Komitmen Indonesia pada 2060 sangat memprihatinkan. Sedikit terlambat. Kami harus jauh lebih ambisius daripada realistis tentang apa yang bisa kami lakukan,” ujarnya.

Climate Action Tracker menilai upaya Indonesia sangat tidak memadai dan kebijakannya tidak sejalan dengan menahan pemanasan global dibawah 2 oC.

Para ilmuwan iklim memperingatkan dunia akan pentingnya memperjuangkan target tersebut.

Sebuah laporan dari ilmuwan di Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada hari Senin mengatakan planet Bumi sekarang menjadi lebih panas dan tidak dapat dihindari.

Menurut laporan IPCC, Bumi sudah berada di jalur untuk perkiraan pemanasan 1,5 oC pada tahun 2030.

Hal itu menghasilkan bencana yang lebih merusak dan sering terjadi, seperti banjir, gelombang panas, kekeringan, dan angin topan.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres meminta umat manusia secara kolektif untuk mengambil tindakan drastis dan memperingatkan kode merah untuk kemanusiaan.

“Laporan ini harus membunyikan lonceng kematian untuk batu bara dan bahan bakar fosil, sebelum mereka menghancurkan planet kita,” ucapnya.

Kebijakan Indonesia dalam waktu jangka panjang yang ketergantungan batu bara akan membawa resiko ekonomi dan lingkungan.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler