Darurat Iklim, Para Ilmuwan 'Sentil' Pemerintah Tentang Eksploitasi Bumi hingga Beri Peringatan

- 29 Juli 2021, 16:45 WIB
Darurat Iklim, Para Ilmuwan 'Sentil' Pemerintah Tentang Eksploitasi Bumi hingga Beri Peringatan
Darurat Iklim, Para Ilmuwan 'Sentil' Pemerintah Tentang Eksploitasi Bumi hingga Beri Peringatan /Ronan Furuta on Unsplash



SEMARANGKU – Para ilmuwan mendesak untuk mengatasi darurat iklim yang semakin parah.

Ilmuwan juga berulang kali memperingatkan bahwa beberapa titik kritis sekarang sudah mulai mendekat.

Para Ilmuwan juga telah menandatangani inisiatif mendeklarasikan keadaan darurat iklim di seluruh dunia.

Baca Juga: Ilmuwan Sebut Krisis Iklim Membuat Umat Manusia Beresiko Kena Malaria dan Demam Berdarah

Mereka juga mengatakan bahwa pemerintah secara konsisten gagal mengatasi eksploitasi bumi yang berlebihan.

Mereka juga menggambarkan bahwa eksploitasi bumi tersebut sebagai akar penyebab krisis.

Mereka mencatat bahwa ada lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bencana terkait iklim.

Hal tersebut termasuk banjir di Amerika Selatan dan Asia Tenggara.

Gelombang panas dan kebakaran hutan yang menghancurkan rekor di Australia dan AS.

Baca Juga: Perubahan Iklim Sebabkan Medan Kutub Bumi Bergeser dengan Cepat, Apa Efeknya?

Tak hanya itu, gelombang panas dan kebakaran juga menghancurkan siklon di Afrika dan Asia Selatan.

Para peneliti mengandalkan tanda-tanda vital untuk mengukur kesehatan planet bumi.

Tanda tersebut termasuk deforestasi, emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser dan luas es laut dan deforestasi.

Dari 31 tanda, mereka menemukan bahwa 18 mencapai rekor tertinggi atau terendah.

Misalkan saja terjadi penurunan polusi karena pandemi Covid-19.

Kemudian Greenland dan Antartika yang menunjukkan tingkat massa es dan gletser yang rendah.

Kemudian panas laut dan permukaan laut global mencetak rekor baru sejak 2019.

Selain itu, direktur Institut Sistem Global University of Exeter juga mengatakan bahwa iklim sudah berperilaku mengejutkan dengan cara yang tak terduga.

Hal tersebut terkait dengan adanya gelombang panas pemecah rekor baru-baru ini di AS dan Kanada.

"Kita perlu menanggapi bukti bahwa kita memukul titik-titik kritis iklim dengan tindakan yang sama mendesak untuk meng-dekarbonisasi ekonomi global dan mulai memulihkan alih-alih menghancurkan alam," katanya dikutip dari Al Jazeera.

"Mengingat perkembangan yang mengkhawatirkan ini, kami membutuhkan pembaruan yang singkat, sering, dan mudah diakses tentang keadaan darurat iklim," kata penelitian ini.

Mereka juga menyerukan agar pendidikan perubahan iklim dimasukkan dalam kurikulum inti sekolah secara global untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini.

"Kita perlu berhenti memperlakukan darurat iklim sebagai masalah yang berdiri sendiri - pemanasan global bukanlah satu-satunya gejala dari sistem Bumi kita yang stres," kata William Ripple, seorang profesor ekologi terkemuka di Oregon State University's College of Forestry.

"Kebijakan untuk memerangi krisis iklim atau gejala lain harus mengatasi akar penyebabnya: eksploitasi berlebihan manusia di planet ini," katanya.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x