3 Bencana Terparah yang disebabkan Oleh Teknologi Komputer

- 15 Agustus 2020, 10:40 WIB
Bencana yang disebabkan karena teknologi komputer
Bencana yang disebabkan karena teknologi komputer /Pixabay/Free-Photos/

SEMARANGKU - Teknologi komputer memang sangat membantu manusia, namun teknologi komuputer juga bisa menyebabkan bencana.

 

Dengan berbagai variasi penyebab, mulai dari akibat serangan virus sehingga akibat kesalahan dalam sistem komputer itu sendiri.

Walaupun disebabkan oleh teknologi komputer, beberapa bencana berikut ini tidak bisa dianggap remeh.

Baca Juga: Song Hye Kyo Menjelaskan Hal yang Lebih Penting Selain Karir, Apa Saja?

Baca Juga: Keren Parah! Captain America Hadir di Fortnite

Karena salah satu dari bencana yang disebabkan komuter berikut ini, sudah memakan korban manusia.

Dilansir oleh Semarangku dari laman listverse, berikut ini adalah 3 kasus bencana terkait komputer yang pernah terjadi di dunia.

1. Wannacry

Jika bicara soal serangan besar-besaran di dunia maya, maka Wannacry menjadi kasus yang sangat diingat banyak orang mengingat jangkauannya yang luas dan kasusnya yang belum begitu lama terjadi.

Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Redmi 9A, Ponsel yang Merajai Segmen Entry Level

Baca Juga: Lirik lagu Indonesia Raya 3 Stanza, Lengkap, Orang Indonesia Harus Hafal

Wannacry adalah ransomware atau virus penyandera komputer yang menjangkiti jaringan komputer dunia pada bulan Mei 2017.

Saat suatu komputer terjangkit oleh Wannacry, komputer tersebut tidak akan menampilkan layar sistem operasi seperti biasa, tetapi menampilkan layar berisi pesan peringatan kalau komputer yang bersangkutan sudah diblokir aksesnya.

Pemilik komputer kemudian diminta mengirimkan uang tebusan memakai mata uang virtual bitcoin.

Jika korban tidak mengirimkan uang tebusan tepat waktu, maka ransomware yang menjangkiti komputer korban akan menghapus data yang ada di dalam komputer.

Baca Juga: Lirik lagu Indonesia Raya untuk Peringatan HUT RI ke-75, Wajib Hafal

Baca Juga: Baru! Gorilla Glass Victus, Anti Retak Meski Jatuh dari Ketinggian 2 Meter

Dikabarkan sebanyak lebih dari 200.000 komputer yang tersebar di lebih dari 150 negara menjadi korban serangan Wannacry.

Fasilitas publik seperti rumah sakit menjadi salah satu yang paling dirugikan akibat serangan Wannacry karena perangkat-perangkat berbasis komputer semisal pemindai MRI jadi tidak bisa digunakan.

Para pengguna sistem operasi Windows XP menjadi korban utama serangan Wannacry karena ransomware ini bekerja dengan memakai celah keamanan yang ada di sistem operasi tersebut.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu! Ternyata Ini Makna Tersirat di Logo HUT RI ke-75

Baca Juga: Bacaan Doa Naik Kendaraan Lengkap dengan Arti, Lafal Arab, dan Latin, Amalkan Agar Selamat!

Wabah serangan Wannacry ditengarai merupakan hasil kerja dari kawanan peretas Korea Utara.

Meskipun begitu, badan intelijen AS juga dianggap ikut bersalah dalam wabah Wannacry ini.

Karena Wannacry awalnya merupakan hasil pengembangan lembaga intelijen AS yang kemudian bocor ke internet.

Baca Juga: Hasil Barcelona vs Bayern Munchen: 10 Gol Tercipta di Pertandingan ini

Baca Juga: Bacaan Doa Sebelum Makan, dan Doa Sesudah Makan Minum, Lengkap dengan Arti, Arab, Latin

Hal itu pula yang menjadi penyebab kenapa dari sekian banyak negara yang menjadi korban serangan Wannacry, Rusia menjadi negara dengan jumlah serangan terparah.

2. Stuxnet

AS dan Iran dikenal memiliki hubungan yang kurang bersahabat.

Buruknya hubungan antara kedua negara tersebut turut menjalar juga ke dunia maya.

Pada tahun 2010, beredar sebuah malware atau program perusak yang bernama Stuxnet.

Baca Juga: Simak! Harga Emas Antam Retro Hari Ini, Sabtu, 15 Agustus 2020, Naik Tajam

Baca Juga: Bacaan Doa Keluar Rumah Lengkap dengan Latin, Arti dan Arab, Amalkan Agar Mendapat Berkah

Program ini diperkirakan merupakan hasil pengembangan militer AS dan Israel sejak tahun 2005 untuk keperluan perang cyber.

Jika program perusak semacam virus normalnya hanya berdampak negatif pada piranti lunak komputer korbannya, maka Stuxnet juga bisa memberikan kerusakan pada piranti keras.

Stuxnet lantas dianggap sebagai malware pertama yang diciptakan untuk memberikan kerusakan pada perangkat fisik di dunia nyata.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Naik! Pada Sabtu, 15 Agustus 2020, Terbaru di Pegadaian

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini, Sabtu, 15 Agustus 2020 - Harga Terbaru Emas Antam, Retro, Batik, UBS Pegadaian

Sasaran utama Stuxnet adalah reaktor nuklir Iran beserta fasilitas-fasilitas pendukungnya.

Program ini diperkirakan pertama kali menyusup ke kompleks pembangkit nuklir di Natanz dengan memakai perangkat colokan USB.

Stuxnet yang sudah berhasil disusupkan kemudian menjangkiti jaringan komputer yang ada di sana dan menimbulkan kerusakan hebat.

Stuxnet bekerja dengan cara memaksa mesin pemutar yang ada di reaktor berputar lebih cepat dibandingkan kecepatan normal Sesudah itu, Stuxnet akan mengubah kecepatan putar mesin tadi menjadi lambat.

Baca Juga: Jadwal Tayangan Acara Indosiar Hari Ini, Sabtu, 15 Agustus 2020, Jangan Lewatkan Kuch Kuch Dangdut

Baca Juga: Jadwal Program Tayangan Trans TV Hari Ini, Sabtu, 15 Agustus 2020, Ada Twilight Saga Hingga Exposed

Karena mesin harus mengubah-ubah kecepatan putarannya secara mendadak, mesin yang bersangkutan pun kemudian mengalami kerusakan.

Antara bulan November 2009 hingga Januari 2010, Stuxnet diperkirakan sudah menyebabkan sedikitnya 1.000 komponen putar yang ada di reaktor-reaktor Iran mengalami kerusakan.

Akibatnya, aktivitas pengayaan nuklir yang sedang dilakukan oleh Iran jadi ikut terganggu dan mengalami penurunan efisiensi hingga 30 persen.

Baca Juga: Buah-Buahan yang Dapat Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Baca Juga: Tidak Datang Tapi Sabet Daesang di Soribada Awards 2020, BTS Ucapkan Terima Kasih Secara Virtual

3. Kecelakaan Boeing 737 MAX

Sejauh ini kasus-kasus gangguan keamanan komputer yang sudah dibahas belum sampai berdampak pada hilangnya nyawa manusia dalam jumlah besar.

Namun tidak demikian halnya dengan kasus ini, ditengarai adanya malfungsi dalam sistem komputer, nyawa ratusan orang harus melayang secara sia-sia.

Boeing 737 MAX adalah varian dari pesawat Boeing 737 yang aslinya dibuat pada tahun 1960-an.

Baca Juga: Tak Ada Nama V atau Kim Tae Hyung di BTS Break The Silence, AMC Theatres Kena Teguran

Baca Juga: Jadwal Bioskop Trans TV Hari Ini Kamis 14 Agustus 2020, Sinopsis Film The Hunt For Eagle One

Supaya Boeing 737 bisa tetap digunakan sesuai dengan kondisi terkini, Boeing 737 pun rajin diperbarui secara berkala.

Boeing 737 MAX adalah contoh dari hasil kebijakan tersebut yang sayangnya berujung fatal.

Boeing 737 MAX pada dasarnya adalah pesawat yang didesain untuk menggunakan bahan bakar seminim mungkin.

Baca Juga: Wajib Coba, 3 Cara Ampuh dan Mudah untuk Hilangkan Jerawat dengan Mudah

Baca Juga: Warga Diperbolehkan Ganjar Pranowo Gelar Tirakatan Hari Kemerdekaan, Asalkan Patuhi Aturan Ini

Untuk keperluan itu, 737 MAX pun dilengkapi dengan mesin yang berukuran lebih besar dan normalnya tidak bisa dipasang pada sayapnya.

Untuk mengakalinya, mesin pada sayap 737 MAX pun dipasang lebih ke depan.

Perubahan tersebut pada gilirannya membawa masalah bagi pilot yang belum terbiasa dengan desain baru 737 MAX.

Baca Juga: BTS Rilis Official Trailer 1 dari Film Terbarunya Break The Silence, Fans Ikutan Sibuk

Baca Juga: 5 Senjata yang Digunakan Tentara Sekutu Pada Perang Dunia Kedua

Supaya pilot tidak perlu bersusah payah mempelajari ulang 737 MAX, sebuah sistem otomatis berbasis komputer yang bernama MCAS pun dipasang pada pesawat tersebut.

Setiap kali pesawat sudah mencapai sudut tertentu, MCAS akan menurunkan moncong pesawat secara otomatis.

Tidak ada yang menyangka jika kemudian MCAS malah menjadi biang kerok kecelakaan pesawat yang menimpa 737 MAX.

Baca Juga: Rayakan 10 Tahun Berinovasi, Xiaomi Rilis 4 Perangkat Inovasi Terbaru

Baca Juga: Ini Alasan Apple Menghapus Game Fortnite Besutan Epic Games dari App Store

Insiden pertama terjadi pada bulan Oktober 2018 di Indonesia dan menimpa maskapai Lion Air nomor penerbangan 610.

Kurang dari setahun kemudian, bencana yang jauh lebih fatal menimpa maskapai Ethiopian Airlines nomor penerbangan 302 pada bulan Maret 2019.

Kedua kecelakaan tersebut jika dikombinasikan jumlah korban tewasnya mencapai lebih dari 300 jiwa. Sejak terjadinya kedua peristiwa tersebut, pesawat 737 MAX pun tidak boleh lagi digunakan untuk mengangkut penumpang sipil.***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Listverse


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x