Bertajuk Sound of Borobudur, Musisi Nasional Bawakan Lagu Dengan Alat Musik Tempo Dulu

- 9 April 2021, 07:39 WIB
acara musik bertajuk Sound of Borobudur di Candi Borobudur yang dilakukan oleh para musisi nasional
acara musik bertajuk Sound of Borobudur di Candi Borobudur yang dilakukan oleh para musisi nasional /Dok. Humas Prov Jateng/

SEMARANGKU - Bertajuk Sound of Borobudur, para musisi nasional dan lokal berkumpul untuk menghadirkan kembali alat-alat musik tempo dulu yang terukir di dinding Candi Borobudur, Kamis 8 April 2021.

Alunan suara musik yang terdengar aneh di Omah Mbudur, kompleks Candi Borobudur, membuat semua pengunjung yang hadir, termasuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Peralatan musik tempo dulu yang dimainkan oleh para musisi nasional, juga terlihat cukup aneh dan jarang ditemukan.

Namun meskipun dimainkan dengan alat musik tempo dulu, suara iramanya tetap terdengar merdu serta membuat tubuh tak sadar ikut bergoyang.

Baca Juga: Cek Tarif Rapid Test Antigen Terbaru di Stasiun Kereta Api Mulai Jumat 9 April Harganya Turun

Baca Juga: Karena Perlakuan Kapolda Jawa Tengah, Begini Tanggapan Orang Papua Tentang Orang Jawa

Baca Juga: Selain Fokus Evakuasi Korban Banjir dan Tanah Longsor di NTT, Panglima TNI dan Kapolri Lakukan Hal Ini

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dibuat takjub dengan pertunjukan yang dibawakan oleh musisi-musisi hebat nasional sekelas Purwatjaraka, Trie Utami, Dewa Budjana dan lainnya tersebut.

"Ini kelanjutan dari project kami lima tahun lalu, ketika saya diajak ke sini dan mendapat pengetahuan bahwa relief di Candi Borobudur ternyata menyimpan banyak sekali pengetahuan. Candi Borobudur seperti perpustakaan, yang semuanya ada di sini termasuk seni," kata Dewa Budjana mencoba menjelaskan.

Dewa menerangkan bahwa terdapat ratusan alat musik yang tergambar pada relief Candi Borobudur.

Dari sekian banyak gambar relief alat musik pada Candi Borobudur tersebut, ada juga alat musik yang bukan dari Jawa Tengah, melainkan dari Kalimantan.

Baca Juga: Relief Candi Borobudur Akan Dikemas dalam Tarian, Tanto Mendut yang Garap

Baca Juga: Demi Generasi Muda, Relief Candi Borobudur Akan Disulap Menjadi Nyata, Seperti Apa?

Baca Juga: Disiplin Porkes saat Tarawih, MUI Minta Polisi dan Tentara Ikut Mengawasi

Bahkan ada juga gambar relief alat musik yang dari Thailand atau India.

"Dari situ kami menduga, Borobudur merupakan pusat seni dunia. Atau kalau tidak, disini merupakan pusat berkumpulnya seniman-seniman dari seluruh dunia, dengan alat-alat musik yang berbeda. Mungkin zaman dulu di sini pernah ada konser besar seluruh dunia," terang Dewa Budjana.

Dengan temuan tersebut, Dewa Budjana sangat mendukung pengembangan kawasan Borobudur. Dewa setuju pengembangan kawasan Borobudur tidak hanya fokus pada pembangunan fisik saja, namun pembangunan juga harus diikuti dengan menggali nilai-nilai historis yang ada pada candi tersebut.

"Apa yang ada di Borobudur itu sangat kaya. Kalau saya masih melihat dari sisi seni saja, tentu orang lain melihat dari dimensi yang berbeda," terangnya.

Berawal dari situlah, Dewa Budjana bersama Trie Utami tergerak untuk mencoba membuat replika alat musik seperti yang terdapat pada gambar relief Candi Borobudur tersebut.

Setelah melalui riset yang cukup panjang, replika alat musik tersebut berhasil dibuat, dapat berbunyi dan bisa disatukan dalam sebuah orkestrasi.

Setelah replika alat musik tersebut jadi, mereka berusaha mencoba untuk mengaplikasikannya, yang tentunya dengan cara dan metode yang mereka lakukan sekarang.

"Itu cukup lama prosesnya, akhirnya dapat komposisi dan kita garap serius. Meskipun kami sadar, terkait bunyi itu intepretasi saat ini, karena peradaban itu tidak mungkin diulang lagi," terang Dewa Budjana.

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, Sound of Borobudur adalah karya seni musik yang dihasilkan oleh para musisi-musisi handal yang tergolong nekat.

Menurut Ganjar, musik nasional seperti Purwatjaraka, Trie Utami, Dewa Budjana dan sejumlah seniman lain sekaligus ilmuan yang meneliti ini, menghasilkan karya yang luar biasa.

"Ini karya luar biasa. Ada beberapa orang nekat, kang Purwa, mbak Iik, mas Dewa mengeksplore Candi Borobudur dan menemukan alat-alat musik di relief-relief itu.
Mereka kemudian berusaha membuat replikanya, menemukan bunyinya dan sekarang jadi komposisi yang luar biasa. Mungkin hipotesisnya benar, bahwa Borobudur adalah pusat musik dunia. Kita ingin mewujudkan itu," jelas Ganjar.

Untuk itu dirinya sepakat, bahwa pengembangan kawasan Borobudur tidak boleh hanya fokus pada pembangunan fisik semata, tapi nilai seni yang terdapat pada Candi Borobudur juga harus dikembangkan.

Mungkin orang akan bosan berkunjung ke Borobudur, kalau yang dijual hanya dari sisi candi dan bangunan-bangunan lainnya saja.

"Ini yang perlu kita angkat, mungkin ke depan tidak perlu membuat hal baru di sini, cukup mewujudkan apa yang ada di relief candi itu dijadikan sebuah pertunjukan menarik. Tidak menutup kemungkinan nanti tarian-tarian yang terpahat di relief itu bisa digerakkan di kehidupan nyata. Maka orang yang wisata nanti akan betah, karena akan mendapatkan soul nya," pungkasnya.

"Ini baru dari sisi seninya, belum arsitektur, lingkungan, habitat, relasi sosial dan lainnya. Menurut saya ini kesuksesan penemuan kembali peralatan musik di Candi Borobudur dan menunjukkan bahwa candi ini merupakan pusat peradaban yang sebenarnya," tegasnya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga menegaskan bahwa akan mendukung upaya menjadikan Borobudur sebagai pusat kesenian dunia.

Dengan temuan para musisi-musisi nasional tersebut, ia yakin bahwa Sound of Borobudur akan memperkaya nilai seni dan menambah daya tarik kawasan Borobudur ini.***

Editor: Risco Ferdian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah