Bentrok Antara Suporter PSIS Semarang Dengan PSS Sleman, Bukti Nyata Bahwa Sepakbola Indonesia Belum Maju

- 3 April 2023, 11:05 WIB
Bentrok Antara Suporter PSIS Semarang Dengan PSS Sleman, Bukti Nyata Bahwa Sepakbola Indonesia Belum Maju
Bentrok Antara Suporter PSIS Semarang Dengan PSS Sleman, Bukti Nyata Bahwa Sepakbola Indonesia Belum Maju /

SEMARANGKU – Lagi-lagi bentrok antar suporter sepak bola Kembali terjadi di Indonesia. Baru-baru ini terjadi kerusuhan antara suporter PSIS Semarang dan PSS Sleman.

Kerusuhan antara Suporter PSIS Semarang dan PSS Sleman ini terjadi di Stadion Jatidiri Semarang, pada Minggu malam 2 April 2023.

Seperti video yang beredar di media sosial, yang memperlihatkan suporter PSIS Semarang dan suporter PSS Sleman rusuh dan membuat keributan di dalam stadion.

Baca Juga: Presiden Jokowi Pusing Tujuh Keliling Gegara Piala Dunia U-20: Kita Sudah Siapkan Semua tapi Malah Batal

Bentrok antara kedua pendukung tersebut terjadi setelah pertandingan antara PSIS Semarang dan PSS Sleman berakhir. Dalam lanjutan pertandingan BRI Liga 1 di pekan ke-32.

Kericuhan yang dilakukan oleh para oknum suporter tersebut masih belum diketahui motif sesungguhnya.

Namun yang jelas akibat bentrokan tersebut fasilitas di sekitar stadion mengalami kerusakan.

Bentrok antar suporter sepakbola di Indonesia bukanlah hal yang pertama kalinya. Insiden yang serupa sering terjadi dalam persepakbolaan Indonesia.

Keributan yang kerap dilakukan para pendukung sepak bola ini menunjukkan bahwa, Suporter Indonesia masih belum memiliki sifat yang dewasa.

Jika hal serupa terus terjadi kedepan harinya, maka persepakbolaan di negara kita tidak akan maju dan hanya stagnan ditempat.

Pemerintah harus mampu menemukan solusi yang tepat agar kejadian yang serupa tidak terjadi lagi di kemudian harinya.

Kita harus berkaca dari tragedi yang terjadi di Kanjuruhan Malang, dimana tragedi memakan ratusan korban jiwa yang diakibatkan kericuhan yang dilakukan suporter.

Tragedi Kanjuruhan pada 28 September 2021 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia, adalah insiden kekerasan antara suporter Viking Persib Club (VPC) dan Aremania selama pertandingan antara Persib Bandung dan Arema FC di Liga 1 Indonesia.

Setelah kerusuhan pecah, aparat keamanan, termasuk kepolisian, mencoba untuk mengendalikan situasi dengan menggunakan gas air mata dan tembakan ke udara.

Namun, terdapat laporan dari beberapa sumber, termasuk dari Komnas HAM, bahwa ada polisi yang menembakkan gas air mata ke arah penonton tribun penonton.

Sehingga menyebabkan beberapa penonton tercekik, terluka, terjatuh bahkan meninggal dunia.

Baca Juga: Jokowi Berikan 2 Perintah Khusus untuk Erick Thohir usai Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Pada akhirnya, tragedi Kanjuruhan menewaskan beberapa penonton dan merugikan banyak orang, termasuk pengguna stadion dan bisnis di sekitarnya.

Insiden tersebut telah memicu kritik terhadap keamanan stadion dan pengaturan sepak bola di Indonesia, serta menimbulkan kekhawatiran tentang kekerasan antar suporter sepak bola.

Korban jiwa dan cedera dalam tragedi Kanjuruhan menunjukkan betapa pentingnya keselamatan dan keamanan dalam pertandingan olahraga, terutama dalam sepak bola.

Insiden ini telah menyoroti perlunya tindakan yang lebih kuat dari pihak berwenang untuk mencegah kekerasan di stadion dan meningkatkan keselamatan penonton dan penggemar olahraga.***

Editor: Fitriyatur Rosidah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x