Erupsi Gunung Merapi, Kisah Mbah Maridjan yang Tidak Mau Mengungsi Saat Gunung Api Meletus Masih Melekat

- 13 Maret 2023, 07:30 WIB
Erupsi Gunung Merapi, Kisah Mbah Maridjan yang Tidak Mau Mengungsi Saat Gunung Api Meletus Masih Melekat /
Erupsi Gunung Merapi, Kisah Mbah Maridjan yang Tidak Mau Mengungsi Saat Gunung Api Meletus Masih Melekat / /instagram sanggar_ab.jogja/

SEMARANGKU – Di balik terjadinya erupsi di Gunung Merapi, sosok Mbah Maridjan yang tidak pernah mau mengungsi saat erupsi terjadi, akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

Mbah Maridjan dikenal sebagai juru kunci yang menjadi tokoh sesepuh di kota Jogja hingga terkenal di penjuru Nusantara. Sosok Mbah Maridjan semakin terkenal sejak dirinya menjadi bintang iklan Kuku Bima Energi yang muncul di berbagai stasiun televisi.

Mbah Maridjan dikenal karena dedikasi dan kesetiaannya kepada raja dan menjadi ikon Indonesia.

Lokasi tempat tinggalnya hanya berjarak sekitar 5 kilometer (3,1 mil) dari puncak dengan kampung halamannya Kinahrejo.Dengan kekuatannya itu, penduduk setempat mempercayai jika mbah Maridjan akan mendapatkan sinyal atau berupa peringatan saat gunung Merapi hendak meletus.

Baca Juga: Erupsi Gunung Merapi: Ganjar Pranowo Sebut Tim Tanggap Bencana Sudah Terjun ke Lokasi Terdampak

Sebelumnya, pada tahun 2006 Mbah Marijdan sempat memberikan penolakan saat diminta meninggalkan desanya, sekalipun telah ada perintah evakuasi wajib setelah para ilmuwan memperingatkan tentang letusan yang akan segera terjadi.

Saat itu, dia memutuskan untuk pergi bersama lima puluh pria lainnya menuju masjid desa ketika gunung berapi mulai meletus.

Mengikuti jejaknya, seratus keluarga lainnya menolak untuk dievakuasi. Sehingga membuatnya mengalami luka bakar cukup parah dalam ledakan berikutnya.

Hingga membuatnya harus dirawat kurang lebih selama lima bulan setelah diselamatkan dari rumahnya yang runtuh.

Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Erupsi, Hujan Abu Menyelimuti Kota Magelang Hingga Temanggung, Warga Harap Waspada

Alasan Mbah Maridjan Tidak Mau Meninggalkan Rumahnya saat Erupsi

Kisah mbah Maridjan kemudian menjadi sorotan saat terjadi letusan Gunung Merapi pada 2010 silam. Saat itu, mbah Maridjan ditemukan meninggal dunia dalam keadaan bersujud di dalam rumahnya dengan posisi badan penuh dengan debu.

Mbah Maridjan yang juga memiliki gelar sebagai Mas Penewu Surakso Hargo diketahui meninggal dunia di usia 83 tahun. Akibat aliran piroklastik yang menghancurkan rumahnya di Desa Kinahrejo.

Alasan utama yang membuat mbah Maridjan tidak mau mengungsi dikarenakan ia mengemban amanah dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk senantiasa menjaga Gunung Merapi. Sebagai juru kunci, mbah Maridjan diketahui memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan makhluk penghuni gunung Merapi.

Maridjan sendiri dikenal sebab ia merupakan anak dari wali sebelumnya, yakni Mbah Hargo. Pada tahun 1970, ia kemudian diangkat menjadi pegawai istana Sultan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan diberi gelar Raden Ngabehi Surakso Hargo. Ia juga sempat menggantikan ayahnya sebagai wali pada tahun 1982.[4]

Dalam upacara yang kerap dilakukan penduduk setempat, dengan kekuatannya berbicara kepada roh Gunung Merapi, Maridjan selalu ditunjuk memimpin upacara untuk menenangkan roh Gunung Merapi dengan mempersembahkan nasi dan bunga di dalam dan sekitar sawah.

Salah satu tugas utamanya adalah melakukan pelaksanaan upacara pengorbanan Labuhan tahunan yang didedikasikan untuk roh Gunung Merapi. Sebuah profesi dari istana kerajaan di Yogyakarta dipimpin oleh wali korban kepada roh gunung berapi satu set persembahan ritual termasuk tekstik, parfum, dupa, uang dan setiap delapan tahun diberikan sebuah pelana kuda.

Atas sikap penolakannya yang enggan meninggalkan gunung Merapi, Mbah Maridjan kemudian disebut sebagai pahlawan populer. Hal ini lantaran kewajibannya untuk melaksanakan tanggung jawabnya atas kesejahteraan rakyat.

Beliau mengatakan bahwa “massyarakat Kinahrejo merasa sudah takdir mereka dilahirkan menjadi benteng untuk melindungi kesejahteraan keraton (istana keraton) dan masyarakat Mataram (Jawa Tengah)”.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x