Peringati Hari Demam Berdarah ASEAN, Kemenkes RI Waspadai Perbedaan Pola Gejala Demam di Masa Pandemi Covid-19

- 16 Juni 2021, 16:21 WIB
Peringati Hari Demam Berdarah ASEAN, Kemenkes RI Waspadai Perbedaan Pola Gejala Demam di Masa Pandemi Covid-19
Peringati Hari Demam Berdarah ASEAN, Kemenkes RI Waspadai Perbedaan Pola Gejala Demam di Masa Pandemi Covid-19 /IG / @kemenkes_ri
 
SEMARANGKU - Pada setiap tanggal 15 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Demam Berdarah ASEAN. 
 
Di Hari Demam Berdarah ASEAN pada setiap tanggal 15 Juni ini Kemenkes RI waspadai perbedaan pola gejala demam di masa pandemi COVID-19. 
 
Tahun ini Hari Demam Berdarah yang diperingati dalam masa pandemi COVID-19. 
 
Meski tidak semua tanda-tanda penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dialami oleh penderita, tetap harus waspada dan mulai curiga adanya serangan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk tersebut. 
 
 
Dikutip Semarangku.com dari akun instagram@kemenkes_ri, di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, DBD dan COVID-19 harus diwaspadai. 
 
Dikarenakan kedua penyakit tersebut, memiliki salah satu gejala yang sama, yakni demam. 
 
Meskipun, gejala demam terjadi di antara kedua penyakit tersebut, namun polanya berbeda. 
 
Berikut ini perbedaan pola gejala demam yang terjadi di antara kedua penyakit tersebut, antara lain :
 
1.Demam Berdarah Dengue (DBD) 
 
-Fase demam akibat Diremia (didalam darah ada virus yang beredar) sampai biasanya kurang lebih 3 hari. 
 
-Sulit diturunkan oleh obat, mendadak dan langsung tinggi. 
 
-Sakit kepala bagian depan atau belakang bola mata. 
 
-Muka mengalami merah khas. 
 
-Fase hari kesatu sampai ketiga demam, ketiga sampai keenam kritis, fase setelah hari keenam fase penyembuhan. 
 
 
2.Covid-19
 
-Demam disertai Respirasi yang dominan (sesak nafas, batuk, susah menelan makanan dan Anosmia). 
 
-Tidak membuat muka merah. 
 
-Hari kesatu demam, antara hari kelima sampai ketujuh mulai gejala Respiratorik dan saturasi oksigen mulai menurun. 
 
Perbedaan pola gejala demam kedua penyakit tersebut juga disampaikan oleh dr Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 
 
"Pada infeksi dengue, biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase masa kritis, yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat, karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah, yang bisa menyebabkan kematian. 
 
Sedangkan pada COVID-19, demam bisa tinggi tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. 
 
Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, disinilah Saturasi oksigen data menurun, " tulis dr Mulya Rahma  Sp.A(K) dalam akun instagram@kemenkes_ri. 
 
Demikian penjelasan dari Kemenkes tentang perbedaan pola gejala demam DBD dan gejala demam pada COVID-19.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x