Peringati Hari Pers ke-77 PWI 9 Februari: Kenali Sejarah dan Perannya

9 Februari 2023, 09:45 WIB
Ilustrasi Peringati Hari Pers ke-77 PWI 9 Februari: Kenali Sejarah dan Perannya /Pexels/Frans Van Heeder

 

SEMARANGKU - Tepat hari ini, 9 Februari 2023, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) merayakan ulang tahunnya yang ke-77. Selaras dengan itu, perayaan tersebut juga berbarengan dengan Hari Pers Nasional (HPN) 2023.

Seperti yang dilansir dari laman resmi PWI. Dapat diketahui, jika PWI didirikan tanggal 9 Februari 1946 di Surakarta atau Solo, Jawa Tengah.

Tanggal berdirinya inilah, yang kemudian sekaligus ditetapkan sebagai Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati setiap tanggal 9 Februari.

Sebagai organisasi pers terbesar di Indonesia. PWI telah menjalani sejarah perjuangannya yang panjang. Bahkan sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Sudah ada wadah jurnalistik untuk pada wartawan pribumi pada masa kolonial Hindia Belanda, dan itulah embrio dari PWI yang masih eksis hingga saat ini.

Baca Juga: Selain Our Blooming Youth, Berikut Drama Korea yang Pernah Dibintangi Park Hyung Sik

Sejarah Berdirinya PWI
Sejarah berdirinya PWI bermula sejak masa kolonial Hindia Belanda. Pendirian organisasi wartawan ini bermula dari pembentukan Inlandsche Joernalisten Bond (IJB) pada 1914.

Dimana IJB merupakan perkumpulan wartawan, sekaligus menjadi wadah persatuan dan advokasi bagi para jurnalis Bumiputera atau pribumi, di tengah kehidupan kolonial saat itu.

Selain itu disebutkan, jika perintis berdirinya IJB antara lain berasal dari tokoh jurnalis muda bernama Mas Marco Kartodikromo. Ia kala itu memimpin surat kabar berkala Sarotomo dan Doenia yang bergerak dari Surakarta.

Sebelumnya, ia juga mengawali karier Jurnalistiknya di Surat kabar Medan Prijaji pada 1921 milik Tirto Adhi Soerjo.

Bersama Mas Marco Kartodikromo, beberapa tokoh perintis IJB lainnya adalah Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soernaningrat atau yang kemudian dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, Mohammad Joenoes, dan seterusnya.

Selain IJB, di Hindia Belanda (Indonesia) kala itu, kemudian berdiri beberapa organisasi wartawan lainnya, seperti Inlandsche dan Chinesche Journalisten Boud pada 1919, Persatoean Kalem Journalis pada 1932, dan lainnya.

Adanya beberapa organisasi jurnalis, membuat wacana untuk menyatukan perkumpulan-perkumpulan wartawan itu. Akhrinya, pada Desember 1933 di Surakarta, dibentuklah Persatoeak Djoernalis Indonesia (PERDI).

Peran PWI Dalam Pers
Di masa pergerakannya, wartawan bahkan sempat menyandang dua peranan sekaligus. Selain sebagai aktivis pers yang melaksanakan tugas-tugas pemberitaan dan membangkitkan kesadaran nasional.

PWI juga berperan sebagai aktivis politik yang melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun perlawanan rakyat terhadap penjajah. Keduanya memiliki tujuan tunggal, demi mewujudkan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam awal mula pembentukannya, PWI memiliki peranan lain yang berguna demi kemajuan pers. Pergerakan hingga wadah persatuan.

PWI Sebagai Media Pergerakan
Zaman dulu, surat kabar ataupun majalah menjadi sarana komunikasi yang utama bagi PWI, untuk menetapkan kebangkitan nasional, dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan.

Dengan waktu yang relatif singkat, di awal tahun 1920. Telah tercatat sebanyak 400 penerbitan dalam berbagai corak, yang tersebar ke seluruh kota yang ada di Indonesia.

Kala itu, pendiri Sarekat Dagang Islamiah, Tirtohadisurjo, menjadi redaktur dan penerbit Medan Prijaji di Bandung. Peran ini hampir bersamaan dengan lahirnya Boedi Oetomo.

Setelahnya pada bulan Juli 1909, di Jakarta mulai diterbitkan mingguan Boemipoetera yang dipimpin Suran Mohammad Salim, yang kemudian menjadi salah satu penerbitan pertama, yang menampilkan wajah dan warna nasional Indonesia. Di depan mata penjajah.

Sebagai Wadah Persatuan Wartawan
Seperti masyarakat pergerakan politik lainnya, para wartawan tidak ketinggalan membentuk perkumpulan sendiri. Hal ini difungsikan sebagai wadah persatuan dan advokasi pers secara nasional.

Baca Juga: Real Madrid Selangkah Lagi Rebut Trofi Kelima FIFA Club World Cup Usai Babat Al Ahly

Organisasi wartawan Indonesia pertama didirikan bagi kepentingan perjuangan dan profesi adalah Inlandsche Joernalisten Boud (IJB). Dengan menggunakan dasar dan tujuan IBJ yang dibentuk tahun 1924 adalah:

"Melalui pernyataan semua wartawan pribumi di Indonesia berperan serta dalam kekuatan perjuangan demi kepentingan nasional dan mempertahankan wartawan."

Perintisnya adalah pemimpin redaksi berkala Saroromoz yang terbit di kota Surakarta dan tokoh Sarekat Islam bernama Sumarko Kartodikromo.

Sunarko meninggal di Digul pada tahun 1932. Empat tahun kemudian, IJB berdiri pula di kota Medan atas prakarsa R.K. Mangunatmodjo, Muhammad Junus, dan lain-lain.

Pada tahun 1919, bertempat di Gedung Boedi Oetomo Medan, IJB diubah menjadi Inlandsche & Chinesche Journalisten Bond dengan ketua Mohammad Joenoes dan Sekretaris Parada Harahap.

Di Gedung Boedi Oetomo Medan, IJB diubah menjadi Inlandsche & Chinesche Journalisten Bond dengan ketua Mohammad Joenoes dan sekretaris Parada Harahap.***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler