Reaksi Gus Miftah Soal Tindakan Pria Tendang Sesajen di Semeru: Sesajen Termasuk Budaya

11 Januari 2022, 11:40 WIB
Reaksi Gus Miftah SoalTindakan Pria Tendang Sesajen di Semeru: Sesajen Termasuk Budaya /Instagram/@gusmiftah

SEMARANGKU - Gus Miftah geram dengan perlakuan pria yang menendang sesajen di Semeru, beliau menegaskan bahwa sesajen bagian dari budaya.

Gus Miftah ikut menyoroti sekaligus mengkritik pedas terhadap perbuatan pria yang menendang dan melempar sesajen di Gunung Semeru.

Pendapat Gus Miftah soal pria yang tendang sesajen tersebut diutarakan dalam unggahan di akun Instagram resminya pada Minggu, 9 Januari 2022.

Baca Juga: Blangkonnya Dilelang Laku Rp900 Juta, Gus Miftah: Subhanallah Walhamdulillah!

Sebelumnya trending sebuah video yang menampakkan seorang pria menyepak sesajen dari Upacara Sedekah Desa Pronojiwo, Sumbersari, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, persisnya di lokasi musibah erupsi gunung Semeru.

Dalam video yang tersebar, sebelum mengawali aksinya, pria itu mengucapkan sesajen sebagai sumber murkanya Allah.

Tidak cuma itu, menurut pria itu, upacara sesaji yang jarang disadari sehingga membuat murka Allah dan menjatuhkan azabnya terhadap umat manusia. Sembari mengucapkan takbir, pria itu juga langsung melempar sesaji dan menendangnya.

 

Menurut Gus Miftah, setiap daerah di Indonesia punya adat istiadat yang berbeda. Ia menjelaskan jangan seseorang merasa paling pintar supaya tak salah arah dan tidak boleh seorang berbuat curang supaya tidak celaka.

"Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap daerah memiliki adat istiadat atau aturan yang berbeda," kata Gus Miftah.

Baca Juga: Blangkon Kesayangannya di Lelang Laku Rp200 Juta, Gus Miftah: Termahal di Dunia! 

"Jangan merasa paling pandai supaya tak salah arah, jangan suka berbuat curang supaya tidak celaka," lanjut Gus Miftah.

Gus Miftah memperjelas, bukan budaya yang semestinya diubah, tetapi otak dan cara pandang seseorang.

"Note: yang perlu dirubah itu otak dan cara pandangnya bukan budayanya," tulis Gus Miftah

"Pernah nggak ada berfikir yang membuat itu orang non Islam, atau orang Jawa yang memegang teguh adat istiadatnya? Atau mungkin juga orang Islam yang baru belajar? Pantaskah cara yang dilakukan seperti itu? Kalau dulu dakwah wali songo sekasar itu, mungkin Islam belum seperti hari ini di nusantara," pungkas Gus Miftah.***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler