6 Tips untuk Mengontrol Emosi Saat Menghadapi Anak Yang Membuat Masalah

25 Februari 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi 6 Tips untuk Mengontrol Emosi Saat Menghadapi Anak Yang Membuat Masalah /Pexels/Andrea Piacquadi

 


SEMARANGKU - Seringkali masalah besar bukan karena inti masalah, tetapi respon kita pada masalah yang tidak tepat. Terutama anak-anak yang belum bisa membedakan baik dan buruk, sehingga menyebabkan masalah yang memancing emosi orang tua.


Masalah terkadang melebar karena kita tidak menyikapinya dengan wajar, mengutamakan emosi, sehingga menutup kemampuan untuk berpikir sehat.


Sepatutnya orang tua juga belajar bagaimana cara memperlakukan anak, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam emosi negatif, yang dibawa anak hingga tumbuh dewasa nantinya.

Baca Juga: Harga Samsung Galaxy S23 Series 5G Ultra Tidak Sampai Rp 20 Juta, Wajar Jadi Favorit
Berikut 6 tips cara mengontrol emosi saat menghadapi anak yang membuat masalah :


1. Mengalami gerak dengan doa

Dalam ajaran agama, doa adalah kunci, sementara dalam psikologi doa memberikan efek sugesti positif bagi pengucapnya. Berdoa membantu seseorang untuk merasa lebih bahagia dan merasa damai.

Dengan berdoa kita menyalurkan permasalahan yang terpendam dalam hati dan pikiran kita, sehingga menurunkan stress dan menenangkan tubuh.

Ada harapan yang terbit dengan berdoa, seseorang yang berdoa percaya bahwa ada kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar akan membantunya, dampaknya ia lebih tenang.

Doa meningkatkan koneksi spiritual antara makhluk dan Tuhannya, membuat manusia memiliki sandaran yang kuat untuk setiap permasalahannya, meningkatkan rasa syukur dan memberikan kedamaian pada kehidupan.

Mendoakan sang buah hati, berarti mengharapkan yang terbaik


2. Bergerak dengan empati

Empati berarti menempatkan diri kita pada posisi orang lain, mencoba memahami sudut pandang, pikiran dan perasaan seseorang.

Bahasa cinta orang tua sering tidak sampai ke pemikiran anak yang belum memiliki pengalaman hidup sebanyak orang tua. Dunia anak berbeda dengan dunia orang tua.

Sebagai anak, kita tentu tidak suka saat dimarahi, dibentak, diceramahi atau bahkan dipukul karena melakukan sesuatu. Timbul rasa sangsi, apakah orang tua menyayangi anak? atau anak yang terbiasa dengan pukulan, akan menganggap kekerasan adalah hal yang normal.

Rasa empati akan membuat orang tua bertindak tegas, tapi tidak keras dan kaku, Konsisten dan fleksibel. Dan yang terpenting tidak melukai jiwa dan tubuh anak-anak yang dapat membuatnya trauma seumur hidup.


3. Mengontrol Emosi : Belajar Jeda

Sejatinya marah adalah suatu emosi yang baik, marah ada untuk melindungi diri. Seorang ayah harus marah saat anaknya disakiti. Seorang ibu harus marah ketika anak membentak dan berkata kasar pada orang tua.


Namun, kemarahan harus bisa dikontrol, dikelola sehingga tidak menimbulkan penyesalan di ujung. Bukan dipendam atau diluapkan secara spontan.


Berhentilah sejenak ketika anda merasakan amarah yang mulai naik, tenangkan diri anda terlebih dahulu. Ambil napas dalam-dalam dan hitung sampai 10, ini membantu menenangkan sistem saraf dan menenangkan diri.

Pertimbangkan konsekuensi dari tindakan yang akan anda ambil. Jangan melakukan sesuatu yang akan anda sesali seumur hidup.


4. Emosi dan Ekspresi emosi

Emosi tidak sama dengan ekspresi emosi, marah tidak sama dengan ungkapan amarah. Mengeluarkan emosi dapat membantu anda merasa lebih tenang, tetapi harus dengan cara yang tepat.

Perilaku anak sangat mudah memancing emosi orang tua, ledakan emosi sesaat dapat memberikan penyesalan, sehingga perlu jeda disini. Kekerasaan yang berlangsung sesaat dalam memberikan bekas mendalam yang dahsyat bagi anak.

Cari cara sehat untuk melepaskan emosi, seperti berolahraga, melakukan hobi, menulis jurnal, atau berbicara dengan seseorang yang dapat dipercaya.


5. Saat terlanjur mengumbar emosi

Jika terlanjur mengumbar emosi pada anak, sering memarahi, atau bahkan menyakiti fisiknya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu :

- Minta ampun pada Tuhan karena kita telah melalaikan amanah-Nya.

- Minta maaf pada anak. Minta maaf tidak hanya pada saat anak dalam keadaan tidur, tapi juga saat sadar. Minta maaflah dengan tulus dan jelas, jangan hanya asal ucap.

- Banyak memeluk anak, perbaiki kesalahan dengan kebaikan.

- Doakan anak dengan kebaikan.

- Teruslah belajar menjadi orang tua yang baik.


6. Ketika Orang tua terjebak trauma masa kecil

Setiap orang memiliki memori masa kecil yang dibawa hingga dewasa, entah itu memori baik atau kenangan yang buruk. Dalam bahasa psikologi, contekan memori ini disebut dengan skema.

Orang dewasa yang sejak kecil diasuh dengan kekerasan akan memiliki skema kekerasan pula, tidak mudah baginya untuk melepaskan semua ingatan itu karena kadung melekat kuat dalam ingatan.

Baca Juga: Majelis Hakim Memvonis Irfan Widyanto 10 Bulan Penjara, Terkait Kasus Pembunuhan Brigadir J

Pola asuh yang salah seperti lingkaran setan yang akan berlangsung terus-menerus, kecuali ada pihak yang mau memutusnya, kecuali kita benar-benar berjuang untuk mengakhirinya.

Cara pertama untuk mengatasinya adalah Sadar. Menyadari pola asuh penuh kekerasan itu adalah salah, kekerasan dan ketegasan adalah dua hal yang berbeda. Orang tua wajib tegas pada buah hatinya, tetapi melakukan kekerasan adalah hal yang terlarang.

Cara kedua adalah belajar parenting yang baik.

Cara ketiga adalah cari role model yang baik.

Keempat adalah latihan, latihan, dan latihan. Dan yang terakhir cari dukungan dari orang terdekat.


Mengeluarkan emosi adalah penting, tapi cara mengeluarkan dan mengontrol agar emosi itu tidak menimbulkan dampak negatif pada anak adalah lebih penting.***

 

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler