Tradisi Sakral Nyadran Dalam Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan, Apa Saja Rangkaian Acaranya

12 Februari 2023, 10:15 WIB
Tradisi Sakral Nyadran Dalam Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan, Apa Saja Rangkaian Acaranya /UIN Salatiga/

 


SEMARANGKU - Tradisi sakral Nyadran menyambut datangnya bulan Ramadhan tiap tahunnya diadakan pada permulaan bulan Ruwah atau bulan Sya'ban.


Nyadran merupakan tradisi adat Jawa dalam menyatakan suka cita akan datangnya bulan penuh keberkahan, bulan Ramadhan.


Acara Nyadran memiliki nilai-nilai yang sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Jawa.


Nyadran atau Sadranan, secara bahasa berasal dari bahasa Sanskerta yaitu "Sraddha" yang memiliki arti keyakinan.

Baca Juga: Apple Siap Luncurkan iPhone 15 Pada September Mendatang, Intip Bocoran Spesifikasi dan Keunggulannya


Nyadran merupakan tradisi masyarakat Jawa sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal, mengingatkan semua orang bahwa setelah kehidupan ada yang namanya kematian, sarana silaturahmi antar masyarakat yang disatukan dalam tradisi ini.


Tradisi Nyadran memiliki beberapa rangkaian acara, antara lain :


Besik

Besik merupakan rangkaian awal dalam tradisi Nyadran. Warga yang hadir saling gotong royong membersihkan area pemakaman dari rerumputan dan kotoran yang ada di area tersebut.


Acara ini mengajarkan nilai kebersamaan, kerjasama, dan kebersihan.


Kirab

Kirab adalah acara arak-arakan yang dilakukan peserta menuju ke tempat acara Nyadran diadakan.


Ujub

Ujub merupakan rangkaian acara Nyadran yang dipimpin oleh pemangku adat.


Doa

Pemangku adat memimpin pembacaan doa yang dikhususkan kepada leluhur yang sudah meninggal dengan pembacaan tahlil.


Tasyakuran

Acara terakhir dalam tradisi Nyadran adalah tasyakuran. Makanan yang sudah dibawa warga sebelum prosesi Nyadran dimakan bersama peserta yang hadir. Ini sebagai wujud persaudaraan antar masyarakat.


Makanan yang dibawa tersebut namanya adalah Kenduri. Kenduri ini biasanya dibawa oleh keluarga dari leluhur yang didoakan. Makanan yang biasanya ada pada kenduri antara lain ayam ingkung, perkedel, urap, sambel goreng ati, tempe tahu bacem, dan masih banyak yang lainnya.


Acara ini bertujuan mengakrabkan masyarakat yang hadir agar saling mengenal, saling menjaga ukhuwah, dan sarana silaturahmi antar sesama umat muslim.


Tradisi Nyadran yang dilakukan tiap tahun ini tidak hanya sebagai acara formalitas terhadap datangnya bulan Ramadhan, namun ada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, seperti nilai sosial yaitu dengan saling gotong royong, bersilaturahmi antar warga, dengan tujuan saling mengeratkan persaudaraan. Nilai religius yaitu dengan acara Nyadran ini sebagai sarana pengingat semua orang akan adanya kematian dan pasti semua orang akan merasakannya.


Tradisi Nyadran memberikan dampak positif bagi masyarakat Jawa karena ada banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tradisi Nyadran harus dijaga kelestariannya selama tidak bertentangan dengan hukum-hukum Islam.


Nyadran pada awalnya merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Jawa sebagai acara doa kepada leluhur dan rasa syukur kepada alam.

Baca Juga: 5 Fitur Google Maps yang Wajib Diketahui Traveler, Nomor 5 Jarang yang Tahu


Pengaruh Islam yang masuk ke Jawa lewat perantara dakwahnya para Walisongo. Islam masuk untuk mengikis kemusyrikan pada acara-acara yang telah menjadi tradisi masyarakat Hindu di Jawa. Dakwah Walisongo sangatlah halus dan cerdas agar Islam dapat masuk dan diterima oleh masyarakat yang mana mayoritas adalah Hindu.


Tradisi-tradisi yang awalnya bernafaskan Hindu dan mengandung nilai kemusyrikan. Lambat laun berubah berisikan nilai-nilai Islam. Salah satu tradisi yang mendapat pengaruh Islam di dalamnya adalah Nyadran.


Tugas kita generasi penerus Walisongo adalah dengan menjaga tradisi-tradisi yang sudah diajarkan nilai Islam di dalamnya tidak kembali kepada kemusyrikan.


Ilmu agama sangat berperan penting dalam penegakan hukum Islam. Jika ada penyimpangan yang mengarah kepada kemusyrikan dalam tradisi-tradisi tersebut, sudah seharusnya tokoh-tokoh yang memiliki ilmu agama memberikan arahan dan nasihat agar kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya.


Tradisi Nyadran sangat lekat dengan tradisi masyarakat Jawa. Jaga tradisi ini dengan cara yang benar, jika ada penyimpangan di dalamnya tegurlah dengan apa yang kita bisa lakukan.***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler