Penanganan Pasca Bencana: Begini Manajemen Gizi yang Dapat Dilakukan

8 Februari 2023, 20:00 WIB
Penanganan Pasca Bencana: Begini Manajemen Gizi yang Dapat Dilakukan / /Dok warga/

SEMARANGKU - Bencana terbagi menjadi dua yaitu bencana alam dan non-alam. Bencana alam yang kerap terjadi di indonesia seperti gempa, gunung meletus, longsor dan banjir. 

Dalam situasi bencana, tentunya akan dibentuk tim atau volunteer untuk turun tangan dalam masalah tersebut terutama ahli gizi dan tenaga kesehatan.

Ahli gizi dan tenaga kesehatan memiliki peran untuk menolong dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan korban bencana. 

Dampak dari terjadinya bencana adalah lingkungan tidak mendukung, kehilangan tempat tinggal, tidak tersedia bahan makanan bahkan dapat merenggut nyawa seseorang. 

Baca Juga: Beberapa Provinsi di Indonesia Dalam Kategori Waspada Bencana Hidrometeorologi, Apa Itu?

Kejadian bencana juga membuat sebagian korban harus mengungsi dengan segala keterbatasan yang ada. 

Hidup dalam keterbatasan selama beberapa waktu akan menimbulkan perubahan pada fisik maupun mental. Kondisi tersebut juga akan berdampak pada perubahan status gizi pengungsi terutama pada kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil dan lansia. 

Pada wilayah bencana, kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan pangan akan meningkat, sehingga sebagai bentuk upaya penanganan gizi, perlu dibentuk dapur umum dan penyelenggaraan makanan darurat pasca bencana agar pengungsi memperoleh makanan dan minuman dalam jumlah cukup, sesuai kebutuhan, bergizi dan layak dikonsumsi. 

Baca Juga: Negara G7 Bereaksi Hentikan Serangan Rusia di PLTN Ukraina, Cegah Timbul Bencana Radiasi

Penyelenggaraan makanan darurat merupakan penyelenggaraan makanan yang dipersiapkan pada waktu terjadinya keadaan darurat dan ditetapkan oleh kepala wilayah setempat.

Tujuannya untuk memastikan kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana serta pengungsi sesuai dengan standar minimal dengan memperhatikan keamanan pangan. 

Ketersediaan air minum, kamar mandi, tempat cuci, dan kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk dapat beraktivitas juga merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.

Pengadaan bahan makanan akan diperoleh dari subsidi pemerintah atau donasi dan bantuan luar. Penetapan kebutuhan gizi yang bisa dipakai dalam situasi bencana adalah 2100 kalori, 50 gram protein, dan 40 gram lemak.

Kelompok rentan akan menjadi prioritas utama dalam pemberian makanan karena lebih beresiko mengalami perubahan status gizi,  terutama bayi dan balita yang masih belum dapat mengkonsumsi semua jenis makanan dari tempat pengungsian. 

Oleh karena itu, hal ini perlu mendapatkan perhatian yang memadai baik dari aspek bahan pangan, keamanan pangan maupun cara pengolahan, karena jika tidak dilakukan dapat beresiko menyebabkan gizi kurang dan berlanjut menjadi gizi buruk bahkan marasmus dan kwashiorkor.

Dengan demikian, ahli gizi dan tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam manajemen makanan dan menyelesaikan yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan, agar tidak terjadi penurunan status gizi pada pengungsi. 

Demikian, manajemen gizi yang dilakukan pasca terjadinya bencana. ***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler