Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 185 Tentang Turunnya Al Qur'an dan Perintah Berpuasa di Bulan Ramadhan

- 25 Maret 2023, 19:35 WIB
Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 185 Tentang Turunnya Al Qur'an dan Perintah Berpuasa di Bulan Ramadhan /
Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 185 Tentang Turunnya Al Qur'an dan Perintah Berpuasa di Bulan Ramadhan / /Ilustrasi //Pixabay

SEMARANGKU - Berikut tafsir surah Al Baqarah ayat 185 yang menjelaskan tentang turunnya Al Qur'an serta perintah berpuasa di bulan Ramadhan. 

Al Baqarah merupakan surah kedua di dalam Al Qur'an setelah surah Al Fatihah. Al Baqarah dalam bahasa diartikan Sapi Betina.

Seperti namanya, di dalam isi surah Al Baqarah ini terdapat cerita yang berkaitan dengan sapi betina tentang suatu kejadian yang ada pada zaman Nabi Musa 'Alaihi salam. 

Namun bukan itu yang akan kita bahas disini. Bahasan kali akan merujuk pada salah satu ayat di dalam surah Al Baqarah yaitu ayat ke 185 mengenai turunnya Al Qur'an. 

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Ajarkan Doa Menyambut Ramadhan Lengkap Bacaan Arab, Arti, Keutamaannya

Berikut ini adalah teks dan terjemahan surah Al Baqarah ayat 185: 

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Latin : Syahru ramadhānalladzī unzila fīhil-qur'ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyashum-h, wa mang kāna marīdhan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-‘usra wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la‘allakum tasykurūn.

Baca Juga: Al Baqarah Ayat 183 : Perintah Untuk Berpuasa dan Membentuk Ketaqwaan Seorang Mukmin

Artinya : Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. (QS.2:185)

Ayat di atas secara gamblang menjelaskan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan Al Qur'an pada bulan Ramadhan yang mana Al Qur'an dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk bagi setiap muslim agar dapat membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah). 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan setiap muslim agar berpuasa pada bulan diturunkannya Al Qur'an itu. 

Jika sedang dalam perjalanan jauh (musafir) atau sedang sakit, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala mewajibkan bagi orang tersebut mengganti puasanya di hari lainnya sebanyak jumlah hari yang ditinggalkan. 

Turunnya Al-Qur’an ke Bumi melalui Malaikat Jibril yang kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam memiliki dua kali fase turun, diantaranya:

Fase turun inzali (turun secara langsung dari lauhul mahfudz ke langit dunia) 

Fase turun tanzili (turun secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun). 

Al Qur'an yang turun pada bulan Ramadhan ini merupakan fase inzali. 

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya menjelaskannya sebagai berikut:

   أن جبريل نز بالقرأن جملة واحدة فى ليلة القدر وكانت ليلة أربع وعشرين من رمضان من اللوح المحفوظ إلى السما الدنيا فأملأه جبريل على السفرة فكتبوه فى صحف وكانت تلك الصحف فى محل من تلك السماء يسمى بيت العزة ثم نزل جبريل بالقرأن على رسول الله صم نجوما فى ثلاث وعشرين سنة مدة النبوة بحسب الحاجة يوما بيوم أية وأيتين وثلاثا وسورة

“Jibril turun membawa Al-Qur’an secara keseluruhan pada malam Lailatul Qadar, pada tanggal 24 Ramadhan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. Jibril menyerahkannya pada malaikat Safarah (pencatat), kemudian ia menuliskannya pada lembaran-lembaran, dan lembaran-lembaran tersebut diletakkan pada suatu tempat di langit yang dinamakan dengan Baitul ’Izzah.    

Kemudian setelahnya Jibril membawa Al Qur’an turun kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur selama 23 tahun, selama masa kenabian sesuai kebutuhan perhari, satu ayat, dua ayat, tiga ayat atau satu surat utuh”. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimt Tanzil, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 42).   

Bulan Ramadhan Allah muliakan dengan turunnya Al Qur’an sebagai pedoman umat manusia dengan berkata: “Hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān”, petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x