Strategi Dakwah Walisongo di Indonesia

5 Oktober 2021, 07:55 WIB
Strategi Dakwah Walisongo di Indonesia /Pixabay

SEMARANGKU - Artikel ini akan menyajikan tentang strategi dakwah Walisongo di Indonesia.

Ketika berdakwah di Indonesia tentunya, Walisongo menggunakan strategi yang paling handal dan efektif. Sehingga dakwahnya dapat diterima dengan baik.

Strategi dakwah adalah tata cara dan usaha-usaha untuk menguasai dan menggunakan segala sumber daya dalam menyebarkan Islam.

Baca Juga: Walisongo Berdakwah di Indonesia Ajarkan Kedamaian dan Rahmatan Lil’alamin

Dengan demikian, strategi dakwah yang
dilakukan Walisongo bisa diartikan sebagai cara yang ditempuh untuk mengajak manusia ke jalan Allah dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki.

Adapun beberapa strategi dakwah Walisongo dalam menyebarkan Islam dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut:

Pertama, Pembagian Wilayah
Dakwah. Para Walisongo dalam melakukan
aktivitas dakwahnya antara lain sangat
memperhitungkan wilayah strategis.

Berawal dari sinilah, Walisongo yang
dikenal jumlahnya ada sembilan orang
tersebut melakukan pemilihan wilayah
dakwahnya.

Baca Juga: Hibur Pasien Covid-19 di Rumdin Walikota Semarang, Mahasiswa UIN Walisongo Dengan Badut 

Penentuan tempat dakwah di sembarang dan dipertimbangkan dengan faktor geostrategi yang sesuai dengan kondisi zamannya.

Dalam pembagian wilayah dakwah ternyata, Walisongo mempunyai dasar pertimbangan geostrategis yang sangat mapan.

Walisongo membagi wilayah
dakwah dengan rasio, sehingga wilayah dakwahnya sesuai dengan tujuannya.

Jawa Timur mendapat perhatian besar
dari Walisongo.terdapat 5 Wali yang berdakwah di sana dengan menggunakan pembagian teritorial dakwah yang berbeda.

Maulana Malik Ibrahim, sebagai wali perintis, mengambil wilayah dakwahnya di Gresik.

Setelah Malik Ibrahim wafat, wilayah ini dikuasai oleh Sunan Giri. Sunan Ampel berdakwah di Surabaya. Sunan Bonang di Tuban. Dan Sunan Drajat di Sedayu.

Berkumpulnya kelima wali ini di Jawa
Timur adalah karena kekuasaan politik saat
itu berpusat di wilayah ini.

Di Jawa Tengah para wali mengambil posisi dakwah di Demak, Kudus, dan Muria.

Sasaran dakwah para wali yang ada
di Jawa Tengah tentu berbeda dengan yang
ada di Jawa Timur.

Di Jawa Tengah dapat dikatakan bahwa pusat kekuasaan politik Hindu dan Budha sudah tidak berperan lagi.

Hanya para wali melihat realiatas
masyarakat yang masih dipengaruhi oleh
budaya yang bersumber dari ajaran Hidu
dan Budha.

Saat itu para Wali mengakui seni sebagai media komunikasi yang mempunyai pengaruh besar terhadap pola pikir masyarakat.

Oleh kerana itu, seni dan budaya yang sudah berakar di tengah-tengah masyarakat menurut mereka perlu dimodifikasi, dan akhirnya bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah.

Penyebaran Islam di Jawa barat dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.

Kedua, Sistem dakwah dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui pendekatan persuasif yang berorientasi pada penanaman aqidah Islam yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Ketiga, adalah melakukan perang
ideologi untuk memberantas etos dan nilai dogmatis yang bertentangan dengan aqidah Islam.

Keempat, adalah melakukan pendekatan terhadap para tokoh yang dianggap mempunyai pengaruh di suatu tempat dan berusaha menghindari konflik.

Kelima, berusaha mengguasai kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik
kebutuhan yang bersifat materil maupun spiritual.

Dilansir dari Jurnal yang berjudul Strategi dan Metode Dakwah Walisongo. Karya Hatmansyah, S.Ag., ME tahun 2015.

Demikian penjelasan tentang strategi dakwah walisingo yang digunakan dalam menyebarkan Islam di Indonesia.***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler