Rahasia Donald Trump dan Amerika Dibongkar John Bolton Lewat Bukunya, Ini Dia Datanya

- 19 Juni 2020, 06:30 WIB
MANTAN  Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton.*
MANTAN Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton.* //New York Post

SEMARANGKU - Mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Bolton akan segera merilis buku terbarunya yang berjudul "The Room Where It Happened: A White House Memoir" Selasa pekan depan (23/6).

Buku yang menghebohkan dunia politik Amerika Serikat ini sekarang sudah banyak yang beredar dibeberapa media ternama internasional.

Departemen Kehakiman Amerika (DOJ) bahkan akan mengeluarkan surat perintah dari salah satu hakim agar buku ini tidak beredar luas ke masyarakat.

 Baca Juga: Isuzu Tawarkan Tiga Tahun Bebas Perawatan Jika Beli Isuzu mu-X

Alasannya adalah jika di dalam buku tersebut banyak sekali rahasia negara yang dibocorkan oleh John Bolton, ini demi keamanan negara.

Dalam buku tebal hampir 600 halaman ini, Bolton mengklaim dia berulang kali melihat Trump berperilaku tidak selayaknya sebagai Presiden Amerika Serikat.

Bahkan dari lansiran diberbagai media internasional Donald Trump pernah meminta bantuan pemimpin Tiongkok Xi Jinping agar membantunya dalam pemilihan presiden di periode keduanya.

 Baca Juga: Ganjar Pranowo Tegaskan Jangan Ada Kolusi di PPDB Online di Jateng

Selain itu juga dalam buku tersebut juga menceritakan bagaimana hubungan antara Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin dan juga bagaimana Trump mencari data soal lawannya pada pilpres pertama saat melawan Hillary Clinton.

Dilansir dari The New York Post berikut ini data-data dan info rahasia Donald Trump yang ditulis John Bolton dalam buku tersebut:

  • Ketidaktahuan Trump tentang urusan luar negeri termasuk bertanya kepada Kepala Staf saat itu John Kelly apakah Finlandia adalah bagian dari Rusia dan bertanya kepada seorang pejabat Inggris, "Oh, apakah anda seorang tenaga ahli nuklir?" yang menurut Bolton "tidak dimaksudkan sebagai lelucon."

 Baca Juga: Nasmoco Group Layani Konsumen dengan Standar Protokol New Normal

  • Selama panggilan telepon Mei 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin "Sebagian besar membujuk Trump" untuk mendukung pemimpin Venezuela Nicolas Maduro dengan membandingkan pemimpin oposisi Juan Guaido dengan Hillary Clinton, yang oleh Bolton disebut "tampilan cemerlang propaganda gaya Soviet."
  • Trump mengatakan kepada Xi Jinping bahwa orang Amerika ingin dia mengubah Konstitusi sehingga Trump dapat melayani lebih dari dua periode.

 Baca Juga: Siap Syuting Gatotkaca di Semarang, Hanung Bramantyo Kulonuwun ke Ganjar Pranowo

  • Trump juga pernah menyebut Venezuela sebagai "benar-benar bagian dari Amerika Serikat" dan mengatakan menyerang itu akan "keren."
  • Pada Juni 2019, Trump membatalkan serangan militer terhadap Iran sebagai pembalasan karena menembak jatuh pesawat tak berawak Amerika setelah mengetahui bahwa serangan itu akan menewaskan sebanyak 150 orang. “Terlalu banyak kantong mayat. Tidak proporsional,” kata Trump.

Baca Juga: Pesawat Tempur F-15 Milik AU Amerika Menabrak Laut, Pilot Masih Dicari

  • Trump sengaja memicu kemarahan dengan membela Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atas pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di tengah kontroversi tentang putri Ivanka Trump menggunakan email pribadinya untuk bisnis pemerintah. "Ini akan mengalihkan dari Ivanka," katanya. ***

Editor: Heru Fajar

Sumber: The New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x