Roscomnadzor Blokir Akses Media Sosial, Rusia Tuntut Meta Terkait Seruan Ilegal

- 12 Maret 2022, 20:30 WIB
Roscomnadzor Blokir Akses Media Sosial, Rusia Tuntut Meta Terkait Seruan Ilegal
Roscomnadzor Blokir Akses Media Sosial, Rusia Tuntut Meta Terkait Seruan Ilegal /Jurnal Ngawi /Gambar Kolase Jurnal Ngawi



SEMARANGKU - Pemerintah Rusia gencar melakukan pemblokiran baik di media sosial, hingga memblokir akses internet yang ditangani Roscomnadzor.

Tindakan yang pemblokiran oleh pemerintah Rusia melalui Roscomnadzor seiring beredar ujaran kebencian di media sosial, yang tersebar luas di jagat dunia maya.

Roscomnadzor menutup semua akses ke seluruh jejaring media sosial, dan situs web luar Rusia. Hal ini sebagai tanggapan pemerintah terkait sanksi dari AS dan sekutunya.

Brand-brand mewah menghilang dengan cepat dari Rusia secara signifikan. Dilansir dari Moscow Times, sekitar 250 perusahaan asing telah angkat kaki dari negara tersebut.
 
Baca Juga: Saat Barat Kecam Moskow, Putin Kagumi Rakyat Indonesia yang Tentang Dominasi AS, Begini Penjelasan Pakar HI

Juga menghentikan operasi usahanya di Rusia, sejak presiden Vladimir Putin mengerahkan pasukan ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
 
Roscomnadzor sendiri merupakan badan federal Rusia yang bertugas melakukan sensor media komunikasi.

Ratusan perusahaan itu sudah menggelontorkan investasi miliaran dolar di Rusia selama tiga dekade yang kini telah resmi dihentikan.

Dampak penutupan tersebut menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan, dan bentuk nyata isolasi AS dan negara pro Barat terhadap Rusia.

Negara ini diperkirakan akan menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak jatuhnya Uni Soviet tahun 1991 silam.

Dan, mata uang rubel Rusia telah merosot hingga setengah nilainya sebelum aksi militer ke Ukraina yang masih berlanjut.
 
Baca Juga: Berkaca Pada Perang Rusia-Ukraina, Swedia Tingkatkan Pengeluaran Militer, Berpotensi Gabung NATO?

Juga dampak operasi militer Rusia ini disambut sanksi AS dan sekutunya yang belum pernah terjadi sebelumnya, menciptakan kesulitan teknis saat beroperasi di negara itu.

Hal itu menambah reaksi moral di antara para CEO perusahaan, investor, dan konsumen yang mendorong bisnis untuk memutuskan hubungan dagang dengan Rusia.

Pemerintah Moskow mengumumkan serangkaian tindakan ultra-restriktifnya sendiri yang semakin memperburuk iklim bisnis negara itu.

Moskow juga berusaha untuk menggagalkan upaya eksodus, termasuk pialang pasar saham untuk menolak order jual dari klien asing mereka.

Ketika pasar saham Rusia membuka kembali trading, akan memblokir investor swasta untuk cabut dari saham mereka di Rusia.

Sementara itu, banyak perusahaan teknologi di AS, Uni Eropa, dan negara pro Barat lain yang melakukan pemblokiran massal akun pengguna asal Rusia.

Proses ini melibatkan layanan penyedia domain, pengembang software, platform gamecryptocurrency, penyedia internet backbonecloud, hingga layanan digital lain.

Semua itu sebagai bentuk dukungan untuk Ukraina, sekaligus wujud protes terhadap operasi khusus dengan pengerahan militer Rusia.

Di sisi lain, Rusia akan menuntut Meta akibat bunyi seruan untuk mencelakai warga Rusia secara masif.

Perusahaan induk Facebook dan Instagram itu, diketahui melonggarkan aturan mengenai ujaran kebencian yang khusus ditujukan ke militer dan pemimpin Rusia.

Komite Investigasi Rusia sedang melakukan penyelidikan, pihaknya mengatakan seruan ilegal soal ancaman menghilangkan nyawa warga Rusia, disinyalir perbuatan staff perusahaan AS, Meta sendiri.  

Notifikasi itu muncul lebih dari dua minggu sejak Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina, dan Rusia berupaya melarang kritik terhadap aksi militernya.

Vladimir Putin pun meminta badan pengawas media Rusia, Roscomnadzor untuk membatasi terutama akses ke Instagram.

Diketahui, Facebook dan Instagram banyak digunakan, aplikasi yang disebut terakhir menjadi platform media sosial terpopuler di kalangan remaja Rusia.

Sejak awal bulan Maret lalu, media sosial seperti Twitter dan Facebook sudak tidak dapat diakses di wilayah Rusia.

Tindakan itu berdampak sekali untuk Rusia dan Ukraina khususnya, karena semua informasi yang ada disana akan semakin terisolasi dari dunia.

Juga orang-orang di negara itu praktis kehilangan informasi yang dapat dipercaya tentang peristiwa terkini.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x