Taliban Masuki Istana Kepresidenan Afghanistan Setelah Ashraf Ghani Melarikan Diri

- 16 Agustus 2021, 16:35 WIB
Taliban Masuki Istana Kepresidenan Afghanistan Setelah Ashraf Ghani Melarikan Diri
Taliban Masuki Istana Kepresidenan Afghanistan Setelah Ashraf Ghani Melarikan Diri /Aljazeera

SEMARANGKU - Seorang pejabat tinggi Taliban mengatakan ujian dari pemerintah Afghanistan dimulai setelah Taliban mengepung kota Kabul.

Hampir 90 persen wilayah Afghanistan dibawah kekuasaan Taliban dan menjadi titik kebangkitan mereka selama 20 tahun.
 
Sejak tahun 2001 Afghanistan didatangi pasukan Amerika Serikat dan sekutunya untuk menstabilkan keamanan negara itu. 
 
 
Sejarah panjang negara berpenduduk mayoritas muslim ini dilanda konflik selama 20 tahun telah usai setelah ibukota Afghanistan, Kabul diambil alih Taliban.
 
Taliban mendirikan kembali Imarah Islam Afghanistan pada Minggu 15 Agustus 2021 dan membubarkan Republik Islam Afghanistan.
 
Sebelumnya Taliban pernah berkuasa di Afghanistan sejak pertempuran di Kabul tahun 1996, pemerintahan Taliban berkuasa sampai invasi negara barat tahun 2001.
 
Mantan presiden AS Trump membuat kesepakatan dengan Taliban pada februari 2020 untuk menarik pasukan AS pada mei 2021.
 
 
Implikasi kabar penarikan pasukan NATO dibawah komando AS ini membangkitkan peluang Taliban untuk berkuasa kembali.
 
Para pemimpin Taliban tersebut memberi pernyataan kepada media bahwa Istana Kepresidenan sudah diambil alih dan segera diumumkan bentuk pemerintahan yang baru.

Taliban menguasai Istana Kepresidenan setelah Presiden Ashraf Ghani memilih pergi dari negara itu untuk mencegah perang saudara.
 
Hal itu yang membuat pejuang Taliban bisa bergerak untuk merebut 26 dari 34 provinsi  di Afghanistan kurang dari dua minggu.

Ashraf Ghani mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di media sosial bahwa dia memilih pergi untuk mencegah perang saudara.

“Taliban telah menang dengan pedang dan senjata mereka, sekarang mereka bertanggung jawab atas nama kehormatan, properti, dan pertahanan diri pendukung mereka." kata Presiden Afghanistan seperti dilansir dari laman Al Jazeera, Minggu.

Jubir Taliban menyatakan perang di Afghanistan dan menyerukan hubungan damai dengan masyarakat internasional.

Mohammad Naeem mengatakan bahwa Taliban tidak ingin hidup dalam isolasi dan bentuk pemerintahan dan juga rezim yang baru segera diresmikan.

Taliban menghormati hak-hak perempuan dan etnis minoritas, juga kebebasan berekspresi dalam hukum Syariah.

Dan mereka ingin memiliki hubungan damai serta mengembangkan kerjasama bilateral maupun multilateral dengan negara-negara asing.

"Kami meminta semua pemangku kepentingan di negara, entitas untuk berdialog bersama kami untuk menyelesaikan masalah apa pun." kata Mohammad Naeem.

Taliban telah memantau hasil dari upaya perjuangannya selama 20 tahun, dan mengadopsi kebijakan non-intervensi dalam urusan negara lain dengan imbalan non-intervensi urusan di Afghanistan.

"Taliban mencapai apa yang dicari, yaitu kebebasan negara ini dan kemerdekaan rakyat kami," katanya. dan "Taliban tidak mengizinkan siapa pun menggunakan sejengkal tanah ini untuk menargetkan siapa pun, dan Taliban juga tidak ingin merugikan siapa pun." ujar Naeem.

Di sisi lain, pihak Taliban tidak berpikir bahwa pasukan asing tidak akan mengulangi menjalani misi puluhan tahun di Afghanistan sekali lagi.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x