Warga Malaysia Merasa Tertekan dengan WFH Karena Jam Kerja yang Tidak Layak

- 23 Juni 2021, 19:15 WIB
Warga Malaysia Merasa Tertekan dengan WFH Karena Jam Kerja yang Tidak Layak
Warga Malaysia Merasa Tertekan dengan WFH Karena Jam Kerja yang Tidak Layak / ahmad gunnaivi on Unsplash



SEMARANGKU – Work From Home atau WFH adalah kerja yang dikerjakan ke rumah, terlebih dimasa pandemi ini banyak orang yang memilih untuk WFH, termasuk warga Malaysia.

Berbeda dengan Indonesia, Alih-alih merasa teringankan justru mereka malah merasa tertekan hingga stres karena jam kerja WFH yang tidak layak bagi mereka.

Seperti halnya warga Malaysia yang bernama Nur Farahin Abdul Hamid berusia 36 tahun yang disuruh bekerja dari rumah (WFH) tapi lambat laun menjadi tertekan karena pekerjaan WFH-nya.
 
 
Awalnya dia merasa bahagia karena aturan pemerintah yang meminta para pekerja untuk melakukan WFH.

Namun lambat laun dia menyadari bahwa dia tidak lagi punya waktu untuk dirinya sendiri dan keluarganya.

"Saya secara konsisten menerima 'permintaan mendesak' melalui WhatsApp dari bos saya, hingga pukul 10 malam. Dan mereka terus datang tidak peduli seberapa larut malam," katanya dikutip dari The Straits Times.

Ibu Nur adalah seorang istri sekaligus ibu yang memiliki tiga anak yang masing masing berusia tiga hingga tujuh tahun.

Dia juga sudah bekerja di rumah sejak setahun yang lalu dan merasakan sangat kelelahan dengan pekerjaannya.
 
"Saya merasa sangat lelah, terutama ketika saya masih harus bekerja di luar jam normal sambil memasak dan merawat anak saya yang menangis," tambahnya.
 
"Ini lebih buruk daripada terjebak macet setiap hari selama satu jam untuk pergi bekerja," sambungnya.
 

Selain ibu Nur, ada juga seorang konsultan pemasaran digital Khairul Anwar Khalid yang berusia 27 tahun.

Pria tersebut bahkan dipaksa untuk bekerja secara online pada hari Sabtu dan Minggu yang seharusnya untuk hari berlibur.

"Saya telah mencatat waktu sekitar 75 hingga 85 jam seminggu sejak kami memulai WFH (tahun lalu) - itu sekitar 15 jam sehari,"
 
"Ini juga 'wajib' bagi kolega saya dan saya untuk membagikan lokasi langsung kami ketika kami mulai bekerja pada jam 8 pagi,” jelasnya.

Tetapi saat Khairul mengungkapkan masalah ini kepada bosnya, bosnya justru menjawab dengan nada mengecewakan para pegawai.
 
"Karena Anda semua diizinkan untuk bekerja dalam kenyamanan rumah Anda, saya berharap Anda semua menjadi lebih produktif." ujar sang bos.

Selain itu, rasa tertekan dari pekerjaan secara WFH juga mempengaruhi mental Khairul.

 "Saya telah menggunakan obat anti-kecemasan sejak April dan berpikir untuk berhenti dari pekerjaan, tetapi saya khawatir saya tidak akan memiliki cukup uang untuk bertahan hidup sampai pandemi berakhir," ungkapnya.

Di Malaysia sendiri ada sekitar 65 persen yang menunjukkan orang Malaysia mengalami perubahan dalam mental mereka sejak WFH.

Banyak orang Malaysia mengalami tingkat kecemasan tertinggi atas keamanan kerja sebesar 74 persen.

Selain itu 67 persen orang Malaysia juga mengalami perasaaan tertekan dan stres karena perubahan rutinitas kerja secara WFH dan jam kerja yang tidak layak.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x