SEMARANGKU - Lembaga penelitian internasional Economist Intelligence Unit memperkirakan negara miskin sulit capai pemulihan bahkan pada 2023, seiring dengan persoalan distribusi vaksin yang tidak merata.
Merujuk pada laporan Economist Intelligence Unit (EIU), negara-negara kaya dengan akses vaksin yang teruji seperti Amerika, Inggris, dan sebagian besar Uni Eropa akan berhasil menginokulasi warga mereka yang paling rentan pada pertengahan Maret 2021.
Terkait distribusi vaksin, laporan Economist Intelligence Unit juga menyebut negara berpenghasilan menengah diprediksi tidak akan mampu melakukan hal yang sama hingga akhir 2022.
Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta Malam Ini, Aldebaran Curiga Nindi Adalah Anak Roy, Andin Beri Penjelasan Ini
Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini 18 Februari 2021: Tanpa Diminta, Andin Ungkap Kebenaran Soal Nindi
Lembaga riset internasional perkirakan negara miskin sulit pulih karena pembagian vaksin tidak merata
Rusia menjadi satu-satunya pengecualian karena vaksin Sputnik V diproduksi di dalam negeri.
Di sisi lain, China dan India pun memproduksi vaksin secara mandiri. Akan tetapi, proses inokulasi akan terhalang jumlah populasi yang begitu besar.
Sementara itu di negara-negara yang lebih miskin, cakupan vaksinasi untuk mengembalikan situasi normal diperkirakan WHO tidak akan tercapai bahkan pada 2023.
"Pada akhirnya, tindakan ini hanya akan memperpanjang pandemi, pembatasan yang diperlukan untuk mengatasinya, serta penderitaan manusia dan ekonomi," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari laman Economist.***