SEMARANGKU – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan masa pandemi telah meningkatkan kelompok-kelompok terorisme di negara konflik.
Ahli PBB menilai selain negara tersebut diserang oleh virus mematikan, juga menghadapi peningkatan terorisme yang tak kalah berbahayanya.
Selain menjelaskan jika ada peingkatan kelompok terorisme, Ahli PBB mengatakan risiko kekerasan di zona konflik meningkat secara signifikan sepanjang paruh kedua tahun 2020.
Baca Juga: Jadwal dan Link Live Streaming Liga Italia Serie A Genoa vs Napoli di RCTI Sabtu, 6 Februari 2021
Kelompok teroris meningkat saat masa pandemi di negara konflik
Alasan utama dikatakan bahwa militan dapat beroperasi dengan mudah dan bergerak bebas meskipun ada pembatasan penguncian yang mempengaruhi penduduk lokal, termasuk personel keamanan.
Dikutip dari Middle East Monitor, Sabtu, 6 Februari 2021, kelompok militan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda terus beroperasi di Suriah, sementara sel-sel milik kelompok teror Daesh tetap berada di Irak dan Suriah.
Baca Juga: Survei Nasional AS: 50 Persen Responden Dukung Donald Trump Dihukum
Baca Juga: Israel Semakin Agresif, Jubir Presiden Palestina Imbau Masyarakat Internasional Turun Tangan
Sementara, ancaman terbesar dan teburuk sepanjang sejarah dunia terjadi di Afghanistan terkait masalah terorisme.
Sebelumnya, Taliban dan pemerintah Afghanistan akan melakukan kerja sama di bawah dukungan AS di Qatar. Hal tersebut membawa harapan bahwa konflik di Afghanistan akan segera berakhir.
Namun, pemerintah AS tiba-tiba menarik dukungan sehingga perjanjian itu gagal sepanjang tahun. Dilaporkan bahwa lebih dari 600 warga sipil Afghanistan dan 2.500 petugas keamanan telah terbunuh.
Baca Juga: Semarang Banjir, Stakeholder Relation Manager PT Angkasa Pura I Angkat Bicara
Baca Juga: Minta Baznas Berinovasi Kumpulkan Zakat dari Muzakki, Wapres RI: di Al Qur’an Perintahnya Seperti Itu
Ahli PPB mengatakan, meningkatnya operasi teroris di daerah konflik bertentangan dengan apa yang diperkirakan banyak orang pada tahap awal pandemi, ketika diyakini bahwa ancaman dari Covid-19 akan menjadi faktor pemersatu dan bukan pemecah belah. ***