Efek Kekeringan, Krisis Kelaparan Ancam Setengah dari Populasi Balita di Somalia, UNICEF Sebut Butuh Ini

16 Februari 2022, 17:15 WIB
Ilustrasi Unicef, Efek Kekeringan, Krisis Kelaparan Ancam Setengah dari Populasi Balita di Somalia, UNICEF Sebut Butuh Ini /Reuters

SEMARANGKU - Krisis kelaparan tengah mengancam setengah dari populasi anak-anak di bawah lima tahun (balita) di Somalia, karena efek kekeringan.

Krisis kelaparan akibat kekeringan yang parah mengancam setengah dari populasi balita di Somalia menjadi kekurangan gizi akut tahun ini.

Krisis kelaparan tersebut membuat ratusan ribu balita di Somalia membutuhkan perawatan.

Pejabat senior United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa krisis kelaparan balita di Somalia telah mencapai tingkat krisis.

Baca Juga: Kekeringan Memburuk di Somalia, 100.000 Orang Harus Tinggalkan Rumah dan Cari Air

“Malnutrisi telah mencapai tingkat krisis,” ujar Victor Chinyama, Kepala Komunikasi untuk Operasi UNICEF di Somalia, dikutip dari Al Jazeera.

Chinyama menuturkan bahwa sudah waktunya untuk bertindak menangani persoalan ini.

“Waktunya untuk bertindak sekarang. Jika Anda menunggu sampai keadaan menjadi lebih buruk, atau sampai kelaparan diumumkan, mungkin sudah terlambat,” pungkasnya.

Sekedar informasi, Somalia telah menjadi yang paling terpukul karena kekeringan.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa 4,1 juta orang atau seperempat dari populasi Somalia membutuhkan bantuan pangan yang mendesak.

Chinyama mengatakan bahwa anak-anak balita sangat terdampak dengan krisis kelaparan.

Baca Juga: Di Desa Somalia, Tetua Desa Akan Mengusir Warga Jika Mereka Menebang Pohon

1,4 juta dari mereka, atau hampir setengah dari semua yang berusia di bawah lima tahun, diperkirakan menderita kekurangan gizi akut pada akhir tahun.

“Dari jumlah tersebut, 330.000 akan membutuhkan perawatan untuk kekurangan gizi akut yang parah, yang dapat menyebabkan kematian,” imbuh Chinyama.

UNICEF sangat membutuhkan $7 juta pada bulan Maret 2022 untuk membeli makanan terapeutik yang dibutuhkan untuk merawat anak-anak itu.

“Tanpa pasokan tambahan, 100.000 anak dengan malnutrisi akut yang parah akan kehilangan perawatan yang menyelamatkan jiwa,” terangnya.

Malnutrisi akut yang parah dapat menyebabkan stunting dan wasting serta membuat anak-anak sangat lemah, sehingga mereka menjadi jauh lebih rentan terhadap penyakit.

Kekeringan juga menyebabkan krisis air yang parah di Somalia, sehingga menyebabkan merebaknya wabah penyakit.

Sekitar 7.500 kasus campak terdaftar di Somalia pada tahun 2021.

Data ini dua kali lipat dibandingkan dengan beban kasus untuk 2019 dan 2020 jika digabungkan.

Sementara itu, sekitar 60.000 orang berisiko tertular penyakit diare, termasuk kolera.

Kekeringan juga memicu krisis migrasi.

Kekeringan dan pengungsian juga meningkatkan risiko lain bagi anak-anak.

Termasuk risiko dari kelompok bersenjata di Somalia, di mana kelompok bersenjata al-Shabab menguasai pedesaan.

Pada tahun 2021, 1.200 anak, termasuk 45 anak perempuan, direkrut dan digunakan oleh kelompok bersenjata.

Sementara itu, 1.000 anak lainnya diculik.

Secara keseluruhan, UNICEF mengatakan membutuhkan $48 juta untuk menanggapi krisis di Somalia tahun ini.

Sejauh ini, UNICEF baru menerima 10 juta dolar.

Itulah krisis kelaparan yang mengancam setengah dari populasi balita di Somalia karena efek kekeringan, UNICEF sebut butuh ini.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler