Picu Perlombaan Senjata Nuklir, Malaysia Mulai Cari Posisi China di Kemitraan Pertahanan di Laut Natuna Utara

23 September 2021, 10:45 WIB
Dapat Picu Perlombaan Senjata Nuklir, Malaysia Mulai Cari Posisi China dalam Kemitraan Pertahanan di Laut Natuna Utara /Pixabay/terimakasih0

SEMARANGKU – Malaysia mengatakan, bahwa pihaknya tengah berencana untuk mencari posisi Chida dalam kemitraan pertahanan baru di Laut Natuna Utara.

Kemitraan pertahanan baru tersebut, terbentuk antara Amerika, Inggris dan Australia dalam beberapa hari terakhir.

Usai membunyikan alarm bahwa paktas AUKUS dapat picu perlombaan senjata nuklir, Malaysia mulai mencari posisi China.

Baca Juga: Pemerintah China Tak Berencana Bangun Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Batubara Baru di Luar Negeri

Kemitraan pertahanan baru yang disebut sebagai aliansi AUKUS bertujuan untuk melihat apakah Australia mendapatkan teknologi untuk sebarkan kapal selam.

Tak hanya kapal selam biasa, kapal selam yang diduga akan dimiliki oleh Australia digadang-gadang memiliki tenaga nuklir.

Selain itu, kapal selam tersebut merupakan bagian dari perjanjian yang dimaksudkan untuk menanggapi pertumbuhan kekuatan China terutama di Laut Natuna Utara.

Indonesia dan Malaysia memperingatkan bahwa hal itu akan mengarah pada perlombaan senjata di kawasan Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Inggris Memohon China dan Rusia Menyetujui Strategi Keamanan Internasional untuk Afghanistan  

Terutama, di tengah persaingan negara adidaya yang berkembang di Asia Tenggara.

Sementara itu, Filipina telah mendukung pakta tersebut sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan kekuatan kawasan Laut Natuna Utara.

Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein pada hari Rabu mengusulkan perjalanan kerja segera ke China untuk membahas AUKUS.

“Kita perlu mendapatkan pandangan dari pimpinan China, khususnya pertahanan China,” kata Hishammuddin dikutip Semarangku dari Reuters.

“Tentang AUKUS yang diumumkan oleh ketiga negara tersebut dan apa tindakan mereka setelah pengumuman tersebut,” lanjutnya.

China mengatakan rencana itu berisiko sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional.

Sedangkan Hishammuddin mengatakan dia telah mendesak timpalannya dari Australia Peter Dutton untuk mendekati Brunei, ketua ASEAN, Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam - tetangga China - untuk mengatasi kekhawatiran tentang keamanan kawasan.

“Kekuatan kita bukan ketika kita sendiri, kekuatan kita adalah ketika 10 negara anggota ASEAN ini bersatu untuk melihat posisi dan keamanan kawasan dipertahankan,” katanya.

Hishammuddin menambahkan bahwa fokus saat ini adalah untuk menyeimbangkan dua kekuatan besar dalam konteks AUKUS.

Ditambah hubungan Malaysia dengan Five Power Defense Arrangements, pakta konsultasi tahun 1971 yang dicapai pada puncak perang dingin antara Inggris, Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapura.***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler