Kapal Perang Jerman Ditolak China untuk Melakukan Persinggahan di Shanghai

16 September 2021, 11:30 WIB
Ilustrasi: Kapal Perang Jerman Ditolak China untuk Melakukan Persinggahan di Shanghai /Pixabay/Defence-Imagery

SEMARANGKU – Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan bahwa China telah menolak permintaan dari kapal perang Jerman, yang berlayar melalui Indo-Pasifik sebagai bentuk dukungan sekutunya, untuk melakukan persinggahan di Shanghai.

Kapal Perang Bayern milik Jerman yang seberat 4.000 ton berangkat dari Wilhelmshaven, Jerman pada 2 Agustus 2021.

Kapal Perang Bayern melakukan perjalanan enam bulan ke wilayah Indo-Pasifik untuk memperkuat kehadiran Jerman di kawasan itu, sekaligus menandai perjalanan pertama angkatan laut Jerman dalam 20 tahun.

Baca Juga: Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2022 Jerman Libas Armenia Setengah Lusin Gol

Akan tetapi menurut kementerian luar negeri Jerman, China menolak permintaannya untuk berhenti di Shanghai pada hari Rabu 15 September 2021.

"Setelah beberapa waktu, China telah memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan persinggahan oleh kapal perang Jerman Bayern dan kami telah mencatat itu," kata Maria Adebahr, juru bicara kementerian luar negeri kepada wartawan di Berlin.

Penolakan tersebut merupakan pukulan berat bagi harapan Jerman bahwa persinggahan di Shanghai dapat membantu meredakan ketegangan atas misi angkatan laut.

Laut China Selatan, yang diperebutkan oleh China dan lima negara tetangga lainnya, telah menjadi penyebab dari ketegangan di kawasan regional Indo-Pasifik.

Baca Juga: Amerika Luncurkan Rudal Pencegat Baru untuk Antisipasi Serangan Jarak Jauh China dan Rusia

Demi menantang klaim China atas salah satu jalur perairan tersibuk di dunia, Amerika Serikat sering mengerahkan kapal perangnya untuk melakukan operasi "kebebasan navigasi" di dekat wilayah yang dikendalikan China, dan melakukan latihan angkatan laut.

Selain itu, Amerika Serikat juga telah meminta negara-negara sekutunya untuk melakukan latihan serupa di wilayah Laut China Selatan.

Selain sekutu regional seperti Australia dan Jepang, anggota NATO termasuk Inggris dan Prancis juga telah mengirimkan misi mereka meskipun ada protes dari China.

Jerman yang merupakan sekutu utama Amerika Serikat, biasanya enggan mengambil peran militer di panggung internasional, dan sering mendesak hubungan yang tidak terlalu konfrontatif dengan China.

Pada pekan lalu, Kanselir Jerman Angela Merkel berbicara dengan Presiden China Xi Jinping dan mengulangi keinginannya untuk hubungan ekonomi yang lebih dekat antara kedua negara.

Sementara itu, Presiden China Xi Jinping memuji inisiatif Jerman atas rasa saling kepercayaan tinggi di antara kedua negara tersebut selama 16 tahun kepemimpinannya.

Tetapi dengan situasi sekarang di mana Jerman akan menyelenggarakan pemilihan umum kurang dari dua minggu lagi, prospek pemerintahan baru di Jerman menyebabkan ketidakpastian hubungan antara Jerman dan China.

Sedangkan di Berlin pekan lalu, Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer mengecam kurangnya tindakan politik antar negara untuk mereformasi kebijakan terhadap kawasan Indo-Pasifik, tanpa menyebut nama China.

Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan bahwa dia ingin Uni Eropa juga turut berperan di wilayah Indo-Pasifik.

Sebaliknya, juru bicara urusan luar negeri untuk Partai Sosial Demokrat Nils Schmid, yang memimpin dalam jajak pendapat untuk pemilihan umum bulan ini, mengatakan bahwa sementara perjalanan kapal perang Jerman tersebut penting secara simbolis negara.

Nils Schmid juga akan menantikan waktu ketika Jerman akan sangat aktif. militer di wilayah Indo-Pasifik.

“Dalam istilah militer yang ketat, hal tersebut tidak berkontribusi banyak. Tetapi dalam bidang diplomasi, simbolisme dan bahasa sangat penting. Saya pikir itu adalah hal yang benar untuk dilakukan,” ujar Nils Schmid

“Mungkin suatu hari kita akan melihat armada Eropa menavigasi melalui Indo-Pasifik, itu akan baik-baik saja. Tetapi untuk membela Taiwan atau Korea Selatan atau Jepang, dalam istilah militer murni, itu semua akan tergantung pada Amerika Serikat, dan Amerika Serikat tahu itu,” tambah Nils Schmid

Nils Schmid juga menggambarkan ‘divisi kerja geopolitik’ di mana Amerika Serikat akan lebih aktif di Indo-Pasifik, dengan Eropa berfokus pada ‘layar belakang’ di Afrika dan Timur Tengah.

Minggu ini juga, Uni Eropa akan merilis informasi baru tentang strategi Indo-Pasifiknya, seperti yang dikatakan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada hari Rabu 15 September 2021.

“Mencerminkan semakin pentingnya kawasan Indo-Pasifik bagi kemakmuran dan keamanan kita. Tetapi juga fakta bahwa sebuah rezim otokratis menggunakannya untuk mencoba memperluas pengaruh mereka,” ujar Ursula von der Leyen.

“Eropa perlu lebih hadir dan lebih aktif di kawasan Indo-Pasifik,” kata Ursula von der Leyen, sambil juga mendorong kasus tentara Uni Eropa setelah perang Afghanistan.

“Yang kami butuhkan adalah Uni Pertahanan Eropa,” tegas Ursula von der Leyen.***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler