Taliban Hapus Mural Kutuk Korupsi di Kabul dan Ganti dengan Tulisan Propaganda

6 September 2021, 20:00 WIB
Taliban Hapus Mural Kutuk Korupsi di Kabul dan Ganti dengan Tulisan Propaganda /STRINGER/REUTERS

SEMARANGKU – Taliban telah menghapus mural-mural di Kabul, Afghanistan usai memegang kekuasaan.

Sebelumnya, mural tersebut telah ada selama bertahun-tahun yang berisi untuk mengutuk korupsi, dedikasi pada jurnalis yang gugur, potret musisi ikonik dan bentuk seni pop.

Namun, selama empat hari terakhir, Taliban telah mengahapus mural-mural tersebut dan menggantinya dengan tulisan hitam putih.

Baca Juga: Pemimpin Wilayah Panjshir Afghanistan Siap Temui Taliban Usai Ulama Menyerukan Perdamaian

Tulisan-tulisan tersebut berisi pesan yang melukiskan persatuan nasional, pujian pada mujahidin dan deklarasi kemenangan melawan pendudukan Amerika.

Mural dengan warna-warna cerah telah digantikan dengan tulisan hitam putih yang berisi bahwa Taliban adalah saudara dan putra Anda.

Selain itu, Taliban juga menuliskan bahwa mereka adalah pelindung tanah dan rakyat Afghanistan.

Bagi warga Afghanistan, fenomena penghapusan mural tersebut mengingatkan kembali pada aturan asli yang diterpkan Taliban di tahun 1996 hingga 2001.

Baca Juga: Nyamar Pakai Burqa, Kisah Pasukan SAS Kelabui Taliban dalam Misi Pengintaian di Kabul Afghanistan

Pada tahun-tahun tersebut, Taliban melarang mural dan gambar orang serta hewan.

Salah satu seniman yang ditugaskan oleh Taliban untuk melukis potret seorang anggota komunitas Sikh yaitu Jawed mengatakan bahwa Taliban tidak mengerti seni.

“Orang-orang ini tidak tahu apa-apa bahkan seni,” ujar Jawed dikutip Semarangku melalui Al-Jazeera.

“Mereka memberi tahu kami hal-hal seperti, ‘surat-suratnya harus sebesar saya’,” lanjutnya ketika diwawancarai sambil terus melihat ke belakang memastikan tidak ada orang.

Jawed, seorang mahasiswa hubungan internasional mengaku bahwa melukis potret seseorang atas perintah Taliban bertentangan denga napa yang ia yakini.

Namun, Jawed menyadari bahwa keadaan ekonomi Afghanistan saat ini memaksanya untuk mengambil bagian dalam apa yang ia katakana untuk menutupi kemajuan di negaranya.

“Mereka ingin kita kembali ke 20 tahun yang lalu, ketika mereka mengurung kita di bawah kurungan,” katanya.

Sejak Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus dan mantan Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu, ekonomi Afghanistan telah mengalami beberapa pukulan.

Awalnya, bank ditutup selama lebih dari seminggu. Ketika dibuka kembali, ratusan orang berbaris di luar lembaga keuangan.

Dengan warga Afghanistan berbaris untuk mendapatkan kembali akses ke uang tunai.

Banyak kantor pemerintah dan swasta juga tetap tutup, meninggalkan jutaan orang tanpa penghasilan.

“Bisakah Anda percaya kami melakukan semua ini untuk 600 Afghan (Rp98.876) sehari?” kata Jawed.

Sebelum kedatangan Taliban, dia mengatakan dia bisa mendapatkan 10 kali lebih banyak setiap hari melalui lukisan dan pekerjaan lainnya.

Tetapi sekarang sumber pendapatan itu telah mengering karena bisnis di seluruh kota menderita.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler