Aktivis Afghanistan Sharif Safi : Hanya dengan Ransel, Air Mata Berlinang, Ketakutan dan Rasa Putus Asa

6 September 2021, 19:15 WIB
Aktivis Afghanistan Sharif Safi : Hanya dengan Ransel, Air Mata Berlinang, Ketakutan dan Rasa Putus Asa /STRINGER/REUTERS

SEMARANGKU - Seorang aktivis Afghanistan Sharif Safi merenungkan bagaimana dia melarikan diri ke tempat yang aman dari Taliban, dan keputusasaan yang dia rasakan untuk negaranya dan rakyatnya.

Sharif Safi, 26, adalah seorang aktivis Afghanistan, sarjana Chevening dan pendiri Forum Perdamaian Kabul.

Sharif Safi juga memimpin organisasi Mastooraat, organisasi nirlaba yang bekerja untuk memberikan kesempatan bagi kaum muda dan perempuan di Afghanistan.

Baca Juga: Pemimpin Wilayah Panjshir Afghanistan Siap Temui Taliban Usai Ulama Menyerukan Perdamaian

Pekerjaannya dengan afiliasi asing telah mempertaruhkan nyawanya di bawah rezim baru Taliban sehingga dia merasa tidak punya pilihan selain melarikan diri.

Sharif Safi menceritakan kisahnya yang merasa terpaksa harus lari dari Kabul, tanah kelahirannya.

Ia mengatakan bahwa tidak pernah membayangkan bahwa ia harus meninggalkan Afghanistan dalam keadaan menyedihkan.

“Hanya dengan ransel, air mata berlinang, ketakutan dan rasa putus asa,” katanya dikutip Semarangku melalui Al-Jazeera.

Baca Juga: Nyamar Pakai Burqa, Kisah Pasukan SAS Kelabui Taliban dalam Misi Pengintaian di Kabul Afghanistan

Sharif Safi bercerita bahwa saat jatuhnya Kabul ke tangan Taliban, ia melihat situasi tersebut sebagai situasi yang membahayakan dirinya.

Ketika perebutan terjadi, Safi tengah menunggu visa nya untuk pergi ke Inggris karena menerima beasiswa Chevening untuk gelar Masternya.

Saat mengetahui bahwa Kabul jatuh ke tangan Taliban, kegembiraan yang datang karena mendapatkan beasiswa Chevening pun lenyap.

“Semua kegembiraan yang saya miliki untuk bab berikutnya dalam hidup saya berubah menjadi keputusasaan, dan mimpi yang hampir saya sadari tampaknya hampir lenyap sama sekali,” katanya.

Ia memutuskan untuk kabur karena merasa tidak aman, ketika Taliban mengambil alih kekusaan Kabul.

Selama satu tahun lamanya, Safi juga mengaku bahwa dirinya telah mendapatkan ancaman karena menentengan narasi Taliban melalui media sosial.

Safi memutuskan untuk meninggalkan Kabul dengan upaya pertamanya pada  18 Agustus.

Ketika tengah mengantre untuk pergi, Sharif Safi menyaksikan Taliban yang memukuli orang-orang di ujung antrean untuk mencegah orang lain bergabung.

Selain itu, Taliban juga menembakan pistol ke udara setiap menitnya agar membubarkan kerumunan yang berada di bandara.

Tembakan tersebut membuat anak-anak dan wanita takut, sehingga suara teriakan mereka terdengar dan disertai dengan tangisan.

Sharif safi kemudian berhasil lari dari Kabul menuju Paris pada 24 Agustus setelah mengantre berjam-jam dan mencoba untuk masuk bandara lewat berbagai gerbang.

Walaupun telah aman, Sharif Safi masih meragukan apakah dirinya akan mampu untuk mengatasi trauma mental yang disebabkan Taliban.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler