SEMARANGKU – Para ilmuwan Afrika Selatan telah menemukan bukti jika ada varian virus Covid-19 yang lebih mudah menular.
Varian Covid-19 yang lebih mudah menular tersebut dikenal sebagai virus corona Afrika Seatan atau 501Y.V2, dan disebut sudah bermutasi lebih dari 20 kali.
Diperkirakan, varian Covid-19 baru ini menjadi penyebab kasus Covid-19 tembus 21.000 kasus pada awal Januari 2021.
Baca Juga: Percepat Pemulihan Listrik di Sulawesi Barat, PLN Datangkan Bantuan dari Berbagai Wilayah
Baca Juga: Innalillah, Ibu Denny Cagur Meninggal Dunia, Ini Pesan Haru Rekan Pelawaknya
Ahli epidemiologi Afrika Selatan, Salim Abdool Karim mengungkapkan hal itu saat presentasi riset varian tersebut, yang dikenal sebagai 501Y.V2, Senin 18 Januari 2021.
Dikatakan, pihaknya menemukan bukti biologis baru bahwa yang disebut varian virus corona Afrika Selatan ini mengikat lebih mudah dan kuat ke sel manusia, sehingga membuatnya lebih menular.
Varian itu diidentifikasi para ahli genomika Afrika Selatan akhir tahun lalu. Itulah yang mendorong infeksi Covid-19 setempat mencapai puncak harian baru di atas 21.000 kasus awal Januari ini.
Baca Juga: Tim SAR Hentikan Pencarian Korban Bencana Tanah Longsor di Sumedang! Begini Alasannya
Baca Juga: UPDATE! Gunung Merapi Kembali Erupsi, Kabupaten Ini Merasakannya!
Beda Vaksin
Para ilmuwan dan politikus Inggris mengungkapkan kekhawatiran bahwa vaksin yang saat ini disuntikkan kepada masyarakat atau dalam pengembangan kurang ampuh melawan varian Covid-19 Afrika Selatan.
Varian tersebut memiliki lebih dari 20 mutasi, termasuk peningkatan protein yang digunakan virus itu untuk menginfeksi sel manusia.
Meski begitu, Abdool Karim mengatakan belum ada jawaban untuk masalah itu, meski para ilmuwan di seluruh dunia sedang mempelajarinya.
Baca Juga: Gelombang Laut Capai Ketinggian 2,5 M, Operasi Penyelaman Sriwijaya Air SJ 182 Dihentikan Sementara
Baca Juga: Merinding! Strategi Utama Perang Iran Bikin Negara Musuh Ketar-Ketir
Pakar Afrika Selatan menyebutkan bahwa karena vaksin menghasilkan respons imun yang luas, maka tidak mungkin mutasi pada lonjakan protein akan melenyapkan efek vaksin sepenuhnya. ***