Turki Sebut Kebijakan Palestina Belum Jelas Hingga Ingin Berbaikan dengan Israel, Negara Ini Bungkam

26 Desember 2020, 15:05 WIB
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. /Instagram.com/@rterdogan

SEMARANGKU – Turki menyebut kebijaka terkait Palestina masih belum jelas sampai punya keinginan untuk membuka hubungan baik dengan Israel, negara ini memilih untuk bungkam.

Baru-baru ini Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki ingin memiliki hubungan baik dengan Isreal, sayangnya, kebijakan Palestina menurutnya masih belum jelas.

Presiden Turki Tayyip Erdogan menyebut garis merah untuk kebijakan Israel terhadap Palestina dan hal tersebut tidak dapat diterimanya.

Baca Juga: Kabar Gembira di Penghujung 2020! BLT UMKM Akan Hadir Lagi Tahun 2021, Update Cara Daftarnya

Baca Juga: Netizen Kritik Gaya Pakaian Aespa di SBS Gayo Daejun 2020 di Daegu Karena Menunjukkan Hal Ini

Turki dan Israel yang pernah menjadi sekutu, mengalami perselisihan pahit dalam beberapa tahun terakhir. Ankara telah berulang kali mengutuk pendudukan Israel di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap warga Palestina.

Ia juga mengkritik pemulihan hubungan yang ditengahi AS baru-baru ini antara Israel dan empat negara Muslim.

“Kebijakan Palestina adalah garis merah kami. Tidak mungkin bagi kami untuk menerima kebijakan Israel Palestina. Tindakan tanpa ampun mereka di sana tidak bisa diterima, ”kata Erdogan kepada wartawan setelah salat Jumat di Istanbul sebagaimana dikutip SemarangKu dari Reuters.

Baca Juga: 16 Tahun Berlalu, untuk Mengenang 26 Desember Tsunami Aceh, Ulama NU Lakukan Doa Bersama

Baca Juga: Sama-sama Hadiahi ARMY Lagu di Hari Natal 2020, Jimin dan V BTS Justru Punya Alasan Berbeda

"Jika tidak ada masalah di tingkat atas (di Israel), hubungan kami bisa sangat berbeda," katanya, menambahkan bahwa kedua negara terus berbagi intelijen. "Kami ingin membawa hubungan kami ke titik yang lebih baik."

Tetapi, Kementerian Luar Negeri Israel menolak mengomentari pernyataan Erdogan tersebut, entah apa alasannya.

Turki dan Israel saling mengusir duta besar pada 2018 setelah pasukan Israel menewaskan puluhan warga Palestina dalam bentrokan di perbatasan Gaza.

Baca Juga: UGM Ciptakan Alat Pendeteksi Covid-19 dan Sudah Dapat Izin Edar Kemenkes, Harganya Sangat Murah

Baca Juga: Satgas Sebut Kasus Covid-19 Meningkat Dua Kali Lipat Usai Libur Panjang, Awal Tahun Naik Lagi?

Pada Agustus tahun ini, Israel menuduh Turki memberikan paspor kepada belasan anggota Hamas di Istanbul, menggambarkan langkah tersebut sebagai "langkah yang sangat tidak ramah".

Hamas merebut Gaza dari pasukan yang setia kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada 2007, dan kelompok itu telah berperang tiga kali dengan Israel sejak saat itu.

Turki mengatakan Hamas adalah gerakan politik sah yang memenangkan kekuasaan melalui pemilihan umum yang demokratis.

Baca Juga: Israel Kembali Menyerang Gaza Karena Wilayahnya Baru Saja Diserang Kelompok Ini

Baca Juga: Pengembang Game Terlaris Tahun Ini, Cyberpunk 2077 Dituntut Investor, Begini Kronologinya

Israel telah meresmikan hubungan dengan empat negara Muslim tahun ini - Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko. Dikatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya sedang berupaya untuk menormalisasi hubungan dengan negara Muslim kelima, mungkin di Asia.

Ankara telah mengecam kesepakatan yang ditengahi AS, dengan Erdogan sebelumnya mengancam akan menangguhkan hubungan diplomatik dengan UEA dan menarik utusannya.

Turki juga mengecam keputusan Bahrain untuk meresmikan hubungan sebagai pukulan bagi upaya untuk membela perjuangan Palestina.

Warga Palestina melihat kesepakatan yang ditengahi AS sebagai pengkhianatan terhadap permintaan lama bahwa Israel pertama kali memenuhi permintaan mereka untuk menjadi negara bagian. Mesir dan Israel menjalin hubungan penuh pada 1979 dan Yordania pada 1994.***

Editor: Meilia Mulyaningrum

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler