Bosan, Tukang Cukur Afghanistan Ini Dirikan Outlet di Pangkalan Amerika Serikat

8 Oktober 2021, 19:45 WIB
Ilustrasi/Bosan, Tukang Cukur Afghanistan Ini Dirikan Outlet di Pangkalan Amerika Serikat /pixabay/shameersrk

SEMARANGKU - Seorang tukang cukur Afghanistan mendirikan toko di pangkalan Amerika Serikat.

Seorang tukang cukur itu bernama Muhammad yang tiba di Amerika Serikat dari Afghanistan.

Muhammad yang berasal dari Afghanistan berharap dapat melanjutkan profesi tercintanya sebagai tukang cukur.

Namun dirinya tidak memiliki apa-apa selain gunting rambut.

Baca Juga: Tak Bisa Bayar Listrik, Afghanistan Terancam Terkena Pemadaman Listrik dari Negara-negara Pemasok Listrik

Namun karena dia seorang yang kreatif, Muhammad menggunakan kembali apa yang dia temukan di pangkalan militer Amerika Serikat.

Padahal di pangkalan tersebut, dirinya dan ribuan pengungsi Afghanistan lainnya sedang menunggu kasus imigrasi mereka diproses.

Tempat tidur kamp diubah menjadi kursi untuk pelanggan.

Botol semprot daur ulang digunakan untuk membasahi rambut pelanggan.

Baca Juga: Taliban Berusaha Keras Dapat Pengakuan Internasional dan Datangi Para Pimpinan Dunia tapi Gagal

Sementara tas Palang Merah Amerika yang pernah berisi selimut diubah menjadi jubah pemotongan rambut.

Sekarang, Mohammad mengoperasikan tempat pangkas rambut darurat di halaman berumput di luar barak militer di Fort McCoy.

"Awalnya saya tidak punya apa-apa. Saya mencari di mana-mana untuk hal-hal yang bisa saya gunakan. Saya membeli sisir dari toko di pangkalan dan memulai layanan saya," kata Mohammad.

Dirinya mengungkapkan bahwa di pangkalan hanya memiliki banyak waktu luang dan ingin sekali menggunakan keterampilan potong rambutnya.

Fasilitas militer yang luas dihiasi dengan barak dua lantai beratap merah, masing-masing menampung beberapa keluarga Afghanistan.

Ruang antara bangunan sering diisi dengan anak-anak berlarian dan bermain.

Sementara itu, Fort McCoy berfungsi sebagai rumah sementara bagi hampir 13.000 warga Afghanistan yang menunggu pemrosesan imigrasi.

Toko Mohammad duduk di halaman rumput di luar barak militer.

Dengan janggut yang runcing dan terawat baik dan rambut licin yang diikat di simpul kecil di atas kepalanya, Mohammad mengatakan dia ingin mengubah usaha awalnya menjadi bisnis ketika dia akhirnya meninggalkan pangkalan.

Dia mengenakan biaya $ 10 untuk potongan rambut dan $ 5 untuk mencukur wajah.

Mohammad mengatakan dia melihat peluang untuk bisnis dengan ribuan pria Afghanistan tinggal di pangkalan tanpa tempat untuk memotong rambut mereka atau mencukur.

"Orang suka memiliki kenyamanan dalam hidup; Saya ingin memiliki tempat yang tepat dan membuka tempat pangkas rambut begitu saya dimukimkan kembali di negara bagian," katanya.***

Editor: Ajeng Putri Atika

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler