Mahasiswa Udinus Semarang Ciptakan Gluconov, Alat Canggih Pendeteksi Diabetes

13 Maret 2021, 19:45 WIB
Empat Mahasiswa Udinus yang menciptakan Gluconov, alat pendeteksi diabetes tanpa melukai dan bisa dipantau lewat smartphone. /Udinus

SEMARANGKU – Empat Mahasiswa Program studi S-1 Teknik Biomedis Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang menciptakan alat canggih untuk mendeteksi diabetes melitus.

Mereka adalah Diana Almaas Akbar Rajah, Annelicia Eunice Arabelle, Nadiya Nurul dan Tee, Kevin Tedjasukmana.

Keempat mahasiswa Udinus Semarang ini menciptakan alat yang diberi nama Gluconov ini tidak menimbulkan luka di jari pasien saat mendeteksi diabetes.

Baca Juga: Akses YouTube Pakai Kuota Internet Kemendikbud 2021? Bisa Banget! Cek Syarat Penerima Berikut

Baca Juga: Karyawan XL Axiata yang Pernah Positif Covid-19 Kompak Ikut Donor Plasma Konvalesen

Ada hal yang lebih menark dari alat Gluconov ini, yakni hasil tes deteksi bisa dilihat dari smartphone dengan akurat dan cepat.

Ketua tim alat Gluconov, Diana Almaas Akbar Rajah menjelaskan bahwa alat yang ia ciptakan bersama timnya memiliki berbagai kelebihan dibandingkan alat tes diabetes lainnya.

Satu diantaranya yakni bersifat  non-invasif atau tidak membutuhkan luka dalam proses pendeteksiannya. Tak hanya itu saja, Gluconov juga menjadi alat deteksi gula darah pertama yang menerapkan spektrofotometri dan memiliki akurasinya lebih dari 95 persen.

Baca Juga: Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 14 untuk 600 Ribu Orang, Sudah Resmi Dibuka

Baca Juga: Polda Jateng Pakai Kamera KOPEK untuk Sosialisasi Program ETLE, Pelanggar Bisa Langsung Terekam

“Alat yang kami ciptakan ini  telah terkoneksi dengan smartphone melalui aplikasi yang dapat didownload melalui google play store. Dapat juga digunakan secara global pada negara-negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika,” jelasnya.

 Diproduksi Massal Dengan Harga Terjangkau

Alat yang mereka ciptakam ini rencananya akan diproduksi secara massal dengan harga yang terjangkau.

Gluconov menjadi solusi untuk menjawab keluh-kesah penderita diabetes melitus yang harus melakukan pengecekan gula darah rutin.

Baca Juga: Tak Harus ke Grapari, Upgrade Kartu SIM Telkomsel 4G LTE Bisa Lewat e-Commerce

Baca Juga: Kawasan Borobudur Bakal Jadi Bali Baru Indonesia, Tiga Menteri bakal Percepat Pengembangan

“Kalau harga alatnya kami bandrol sekitar 370 ribu rupiah dengan garansi 3 tahun. Dan untuk aplikasinya cukup dengan membayar $1 saja,” paparnya.

Spektrofotometri sendiri merupakan salah satu metode kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.

Dijelaskan, Gluconov dibekali rangkaian sensor (spektrofotometri) yang memiliki komponen utama LED putih, Light Dependent Resistor (LDR), keping polikarbonat (CD), dan motor dengan mikrokontroler ESP32.

Baca Juga: Polda Jateng Sudah Mulai Sosialisasikan Program ETLE, Masih Ditemukan Dua Pelanggar Lalulintas

Baca Juga: Ayo Daftar Kartu Prakerja Gelombang 14! Ada Banyak Manfaat yang Bisa Didapat

Rangkaian spektrofotometri ini mereka gunakan dikarenakan telah terbukti dapat memberikan akurasi cahaya tampak (merah, kuning, hijau, ungu, biru)  dan tentunya dengan perawatan yang mudah.

Dalam penerapannya metode yang  gunakan adalah Ekstraksi ciri dengan menggunakan teknik Principal Component Analysis (PCA). Metode tersebut terbukti dapat menghasilkan akurasi mencapai lebih dari 95 persen.

Dalam proses penggunaannya, jari tangan pasien diletakkan pada slot alat yang telah tersedia, kemudian LDR akan bekerja mendeteksi perubahan intensitas cahaya yang dimiliki oleh darah akibat dari paparan 5 jenis cahaya tampak.

Baca Juga: Saksikan Streaming Audisi LIDA 2021 Malam Ini, Sabtu 13 Maret 2021, Siapa Lolos Babak Utama?

Baca Juga: Mekanisme Penerimaan Kuota Internet Gratis dari Kemdikbud Panjang Banget, Begini Alurnya

Perubahan tersebut  dihasilkan dari pembiasaan cahaya putih dengan  keping polikarbonat. Dalam menghasilkan warna yang beragam, mereka menggunakan penggerak otomatis berupa motor kecil, dimana setiap pergerakannya dapat merubah posisi sudut keping polikarbonat sebanyak 30 derajat.

Hasil deteksi dari proses tersebut akan berupa sinyal analog, kemudian dikonversikan melalui alat bernama  Analog to Digital Convertion (ADC).

Setelah proses konversi dilanjutkan mencari karateristik dan ekstraksi menggunakan teknik PCA. Dari hasil tersebut akan menghasilkan dua indikator yakni high dan low.

Baca Juga: SELAMAT! Deretan Nama Terpilih Duta Provinsi Papua dan Kalimantan Selatan Ajang LIDA 2021 Indosiar

Baca Juga: Ikatan Cinta Malam Ini, 13 Maret: Bersiaplah! Andin Akan Buat Elsa Mengaku Soal Anting dan Pembunuhan Roy!

Hasil deteksi tersebut nantinya dikirimkan ke aplikasi (smartphone) melalui modul Wi-Fi yang dimiliki oleh ESP32.

Gluconov juga telah dilakukan pengujian dan juga berhasil meraih medali emas di ajang Asean Innovation Science and Entrepreneur Fair 2021 lalu. ***

Editor: Mahendra Smg

Sumber: Udinus

Tags

Terkini

Terpopuler