Ganjar Bingung, Kasus Covid-19 di Demak Tinggi, Tapi Ruang Isolasi Justru Kosong

- 18 Juni 2021, 18:22 WIB
Gubernur Jawa Tengah saat mengecek ruang isolasi untuk pasien Covid-19 di Demak yang masih belum dipakai.
Gubernur Jawa Tengah saat mengecek ruang isolasi untuk pasien Covid-19 di Demak yang masih belum dipakai. /Dok Humas Pemprov Jawa Tengah/

SEMARANGKU - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo binung ketika melihat penanganan Covid-19 di Kabupaten Demak.

Pasalnya, meski kasus penularan Covid-19 tinggi, tapi ruang isolasi terpadu yang disediakan di Demak justru kosong.

Saat meninjau tempat isolasi terpusat di Desa Mangunjiwan dan Desa Jetaksari, Demak, Jumat 18 Juni 2021, Ganjar tidak menjumpai satupun pasien Covid-19 yang diisolasi di sana.

Padahal, dua desa di Demak ini termasuk zona merah, karena kasus Covid-19 di sana tinggi.

Baca Juga: Demak Zona Merah, Ganjar Pranowo Minta Pemkab Gandeng Ulama Untuk Sosialisasi Prokes Lewat Masjid

Saat masuk ke tempat isolasi terpusat desa Mangunjiwan misalnya, Ganjar hanya melihat ruangan kosong dengan kasur yang masih bersih.

Padahal di desa itu, ada 50 kasus positif Covid-19. Hal serupa juga dilihat Ganjar saat mengunjungi tempat isolasi terpusat Desa Jetaksari.

Di desa dengan 34 kasus positif Covid-19 itu, tak ada satupun yang diisolasi di tempat isolasi terpusat.

"Lho ini kosong, katanya ada yang positif," tanya Ganjar pada kepala desa dan bidan desa setempat.

Bidan desa Mangunjiwan, Ririn menerangkan pada Ganjar, bahwa di desanya itu ada 50 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Ada 21 orang yang masih menjalani isolasi mandiri di rumah, sementara 27 orang dinyatakan sembuh dan dua lainnya meninggal dunia.

"Mereka memilih isolasi di rumah pak, soalnya lebih nyaman," kata Ririn.

Bupati Demak, Esti'anah yang mendampingi Ganjar mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan tempat isolasi terpusat dengan kapasitas 104 kamar.

Beberapa waktu lalu sempat terisi empat pasien positif Covid-19, tapi saat ini sudah kosong.

"Isolasi terpusat kami masih kosong pak, ada 104 kamar. Kemarin sempat merawat, tapi karena sudah sembuh maka dipulangkan," kata Esti'anah.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, Gufrin menambahkan, Pemkab Demak memiliki dua tempat isolasi terpusat yakni wisma Hasanah dan gedung BKPP dengan kapasitas 104 kamar. Tapi, sampai saat ini tempat isolasi terpusat itu masih kosong.

"Selain itu, kami juga memiliki posko-posko Covid-19 di desa sebanyak 356 dengan total kapasitas 1400 lebih. Jadi, masih ada ruangan cukup banyak," ucapnya.

Melihat kondisi itu, Ganjar pun meminta Pemkab Demak melakukan pemantauan ketat. Sebab jika tidak, klaster keluarga akan semakin banyak muncul di Demak.

"Kalau rumahnya tidak terlalu bagus, saya sarankan lebih baik diedukasi dan dibawa ke isolasi terpusat. Tapi kalau rumahnya cukup bagus dan ada ruangan khusus, bisa diambilkan satu kamar dan dipastikan dia tidak bergerak kemana-mana," katanya.

Bidan desa serta Satgas Covid-19 Demak, lanjut Ganjar harus turun memastikan prokes dijalankan secara ketat.

Baca Juga: Penanganan Covid-19 di Demak ala Wali, Ganjar Minta Masjid Lakukan Ini Setelah Adzan

Sebab kalau tidak, isolasi mandiri di rumah memiliki resiko cukup besar.

"Resikonya kalau kemudian tidak mau diisolasi terpusat, seluruh anggota keluarga berpotensi tertular. Itu resikonya, jadi kenapa saya selalu mendorong agar semua yang positif diisolasi terpusat untuk menghindari yang lain tertular," paparnya.

"Kecuali kalau satu rumah positif Covid-19 semuanya, maka lebih mudah. Dikunci saja di rumah, tidak boleh pergi-pergi selama menjalani isolasi," tandas Ganjar. ***

Editor: Mahendra Smg


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x