Waduh, Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah Tinggi, Cek Update Kasusnya

15 Desember 2020, 19:55 WIB
FOTO ilustrasi melahirkan bayi.* /PIXABAY/

SEMARANGKU – Angka kematian ibu melahirkan di Jawa Tengah tinggi pada era awal kepemimpinan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kematian ibu melahirkan di Jawa Tengah dan bahkan menjadi sorotan pemerintah pusat.

Namun, seiring dilakukan pengetatan pengawasan dan peningkatan gizi maka angka kematian ibu melahirkan mulai menurun.

Baca Juga: 15 Desember Mendatang, McDonald's Turut Meriahkan ShopeePay Day

Baca Juga: Link Live Streaming Wolves vs Chelsea Gratis di TV Online Berikut - Liga Inggris Pukul 01.00 WIB

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo mengatakan ada beberapa hal yang telah dilakukan Pemprov Jateng.

“Keselamatan ibu hamil dan melahirkan bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan sangat penting pemerintah harus hadir,” ujar Atikoh sebagaimana dikutip dari laman Pemprov Jateng, Selasa 15 Desember 2020.

Menurutnya, gerakan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng alias 5NG pada pertengahan 2015, kasus kematian ibu terus mengalami penurunan.

Baca Juga: Karni Ilyas Pamitan, Indonesia Lawyers Club Bakal Tidak Ada Lagi?

Baca Juga: Ganjar Pranowo Mendadak Minta Warganya Hati-hati Dalam Tiga Hari, Ada Apa?

Ia menyebut, di Jawa Tengah sudah mencanangkan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng atau 5NG, untuk keselamatan ibu dan anak mulai hamil hingga melahirkan.

Program tersebut cukup efektif mengurangi angka kematian ibu dari tahun ke tahun.

“Sebelum ada program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng angka kematian ibu di Jawa Tengah cukup tinggi. Namun, belakangan trennya menurun,” paparnya.

Baca Juga: Bengawan Solo Meluap, Ganjar Minta Daerah-daerah di Jawa Tengah Ini Ikut Waspada dan Siaga Bencana

Baca Juga: Ganjar Minta Semua Daerah di Jawa Tengah Siaga Bencana, Ini Prediksi Cuaca Beberapa Hari ke Depan

Atikoh menyebut kematian ibu hamil dan melahirkan cukup tinggi terjadi pada 2014 dengan jumlah 711 kasus.

Namun, angka itu terus turun menjadi 619 kasus pada 2015, 602 kasus pada 2016, 475 kasus pada 2017, 421 kasus pada 2018, dan turun lagi menjadi 416 kasus pada 2019.

Penurunan angka kematian tersebut berkat sinergi semua pihak dalam melakukan 5NG, termasuk peran PKK Jawa Tengah yang aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, terkait keselamatan ibu.

Baca Juga: Cha Eun Woo ASTRO dan Moon Ga Young Ketahuan Saling Tatap di True Beauty, Bocoran Sinopsis Episode 2

Baca Juga: ARMY Kirim Truk Protes Karena BTS Dimanfaatkan, Ini yang Dilakukan Big Hit Entertainment

“Mulai dari 2015 persoalan ini dikeroyok agar dapat terselesaikan. Selain pemerintah, organisasi kemasyarakatan, tokoh dan PKK. Hingga angka kematian ibu, trennya menurun,” ungkapnya.

Menurut Atikoh, ada empat peran PKK dalam mengurangi angka kematian ibu. Yakni sebagai penyuluh, penggerak, pencatat, dan pendamping.

Tugas tersebut dilakukan dengan mengaktifkan tim penggerak maupun kader hingga tingkatan dasa wisma.

Baca Juga: Resep Ikan Gabus Balado Super Pedas, Mudah, Lezat, Bikin Ketagihan Terus

Baca Juga: Polresta Banyumas Berhasil Tangkap Residivis Pelaku Curat Pembobol Rice Mill, Pelaku Lakukan Ini

Atikoh menunjuk contoh terobosan yang dilakukan di daerah. Salah satunya program ambulans desa, di mana ada warga yang menyiagakan mobilnya 24 jam, untuk mengantar ibu hamil ke fasilitas kesehatan, khususnya menjelang persalinan.

Bagaimana pun, transportasi sangat diperlukan agar tidak terjadi keterlambatan penanganan ibu melahirkan.

Keluarga, imbuhnya, juga terus diedukasi agar memiliki kepedulian tinggi terhadap ibu hamil dan melahirkan, termasuk saat masa nifas.

Sebab, kematian saat nifas juga masih menjadi ancaman, mengingat usai melahirkan kondisi ibu masih lemah, dan membutuhkan waktu untuk pemulihan. ***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler