SEMARANGKU – Empat setengah musim bersama tim Monster Energy Yamaha dengan segala pengalaman tak mengenakkan tak akan pernah dilupakan oleh Maverick Viñales.
Betapa tidak, pembalap berjuluk Top Gun ini sejak bergabung dengan tim garpu tala di musim 2017 hingga 2021 memang meraih tujuh kemenangan.
Akan tetapi selama empat setengah musim bersama pabrikan Iwata Viñales justru berakhir menjadi wingman dari Valentino Rossi dan Fabio Quartararo.
Mantan juara dunia Moto3 ini semenjak hijrah dari Suzuki ke Yamaha tampil jauh dari kata konsisten dan kalah saing dari rekanan setimnya di tim Lesmo.
Lika-liku Viñales di Yamaha
Ketika meraih Grand Slam di balapan GP Prancis 2017 (Minggu 21/05/2017), Viñales bahkan mengaku tak bisa tidur setelah mengalahkan Rossi di balapan tersebut.
“2017 merupakan tahun yang rumit bagi saya. Saya ingat di Le Mans sewaktu saya menang lawan Valentino dan hari itu pula saya tidak bisa tidur karena ia adalah idola saya”, kenangnya dikutip dari wawancara dengan jurnalis Lluís Zúñiga melalui Motosan.es Minggu (21/05) waktu setempat.
Semenjak kemenangan gemilang di Prancis itu Viñales justru tidak mampu lagi bersaing bahkan dengan rekan setim setelahnya.
“Semua mulai berubah total sebelum balapan di Barcelona. Manajemen tim memberitahu saya bahwa saya dijatah lima sasis dan saya tidak paham apa-apa. Saya ingat itu dan saya masih muak”, ujarnya.
Bahkan pembalap asal Figueres, Catalunya ini menyebut bahwa perlakuan itulah yang membuat Yamaha kehilangan gelar juara dunia.
“Waktu itu kami mempunyai spek motor terbaik. Tapi mereka memutuskan mengubah beberapa hal dan itu tidak berjalan baik. Di GP Catalunya 2017 saya mulai kehilangan gelar dengan Yamaha” timpal Viñales.
Tidak berakhir manis
Puncaknya adalah di musim 2021 ketika Maverick harus ditendang dari Yamaha. Ketika itu ia tertinggal jauh dari Quartararo yang baru bergabung dari tim Petronas SRT. Memang benar ia mampu meraih satu kemenangan di GP Qatar dan podium kedua di TT Belanda.
Namun begitu musim terburuk Viñales justru terlihat jelas di musim itu. Puncaknya pada GP Styria 2021 di Red Bull Ring, Spielberg, Austria Minggu (08/08/2021), ayah satu anak ini tak sanggup menahan emosinya hingga menggeber motor YZR-M1-nya melebihi batasnya.
Alhasil insiden ini berbuntut panjang. Selain tidak terhitung finis di balapan pertama di Austria, Viñales juga menerima skorsing dari tim pabrikan Yamaha karena operasional motor M1 yang tidak wajar yang membuatnya tidak bisa turun balap.
Puncaknya adalah ketika Mack yang membutuhkan rasa aman karena sudah berkeluarga memutuskan hengkang dari tim yang bermarkas di Lesmo, Italia.
Ia kemudian bergabung dengan tim Aprilia, bergabung dengan rekan sedaerah Aleix Espargaró di sana. Posisinya di Yamaha sendiri digantikan oleh Franco Morbidelli yang juga rekan setim Quartararo di Petronas SRT (sekarang RNF).
Meskipun sudah keluar dari Tim Garpu Tala tersebut, Viñales hingga sekarang masih mengingat perlakuan buruk yang diterimanya sekeluarga.
Karena perlakuan itulah ayah dari Nina Viñales ini menjadi kapok bergabung dengan pabrikan asal Iwata, Jepang itu. “Mereka membuat saya dan istri saya benar-benar kena mental. Pindah ke Aprilia merupakan perubahan radikal bagi kami”, ujar Viñales.
Beban batin terangkat di Aprilia
Semenjak bergabung dengan Aprilia, Viñales yang tadinya hancur lebur secara mental kini dapat tersenyum kembali.
Pembalap asal Catalunya ini berkaca dari hubungan yang tak sehat serta kurangnya pengembangan motor dari Yamaha yakin bahwa itu benar-benar bukan salahnya. “Saya lega karena saya tahu bahwa masalahnya bukan dari saya”, katanya.
Bahkan semenjak meraih tiga podium di Assen, Silverstone, dan Misano tahun lalu sepupu mendiang pembalap WorldSSP300 Dean Berta ini menjelma menjadi pemimpin di garasi pabrikan Noale tersebut.
“Tahun ini saya yang memimpin tim (Aprilia). Tahun lalu Aleix (Espargaró) yang memimpin, tetapi sekarang saya ingin jadi yang memimpin, saya ingin mereka mendengarkan saya dan berkontribusi dalam hal-hal baru di tim” pungkas Viñales.***