Pemerintah Ungkap Isi ASEAN-US Joint Statement, Indonesia Jadi Ketua ASEAN Tahun Depan

- 17 Mei 2022, 17:47 WIB
Pemerintah Ungkap Isi ASEAN-US Joint Statement, Indonesia Jadi Ketua ASEAN Tahun Depan/ Facebook Presiden Joko Widodo
Pemerintah Ungkap Isi ASEAN-US Joint Statement, Indonesia Jadi Ketua ASEAN Tahun Depan/ Facebook Presiden Joko Widodo /
 
SEMARANGKU - Penyelenggaraan KTT Khusus ASEAN-AS menghasilkan beberapa poin terkait kerjasama antara negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
 
KTT Khusus ASEAN-AS yang dihelat di Washington DC ini membahas tentang penguatan keamanan kesehatan, hingga penanggulangan perubahan iklim, 
 
Jokowi pun menyampaikan konflik di Ukraina yang masih berlanjut hingga saat ini. Hal itu menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia.
  
Di sisi lain, Menlu Retno Marsudi mengungkapkan KTT Khusus ASEAN-AS yang diselenggarakan di Washington DC menghasilkan ASEAN-US Joint Vision Statement.
 
Baca Juga: Dari AS Singgah Takziah ke Abu Dhabi, Presiden Jokowi Disambut Langsung Putera Mahkota

“Sebagai koordinator, Indonesia memimpin proses perundingan vision statement ini. KTT berhasil menyepakati secara prinsip peningkatan kemitraan ASEAN-Amerika Serikat dari kemitraan strategis menjadi kemitraan strategis komprehensif,” kata Retno Marsudi.

Retno Marsudi juga menambahkan pembahasan detail mengenai kemitraan ini direncanakan akan diluncurkan pada KTT ASEAN-AS bulan November mendatang.

Lebih lanjut Retno Marsudi memaparkan, di dalam ASEAN-US Joint Vision Statement dituangkan komitmen kedua pihak untuk meningkatkan kerjasama di berbagai sektor strategis. 
 
Komitmen tersebut di antaranya, pertama penguatan kerjasama pemulihan pandemi Covid-19, dan keamanan kesehatan guna memperkuat resiliensi atau ketahanan kesehatan kawasan melalui program ASEAN-US Health Futures Initiative.
 
Baca Juga: Elon Musk Bertemu Jokowi di Space X, Ngobrol Santai Kenakan Kaos Oblong

“AS mendukung ASEAN untuk menguatkan kapasitas manufaktur berkelanjutan untuk produk medis esensial serta riset bersama.” ujar Retno Marsudi.

Kedua, peningkatan kerja sama ekonomi dan konektivitas, antara lain untuk memfasilitasi penguatan rantai pasok dan konektivitas kawasan untuk peralatan medis, obat-obatan, vaksin, komoditas pertanian. 
 
Juga mendorong kemajuan transportasi berkelanjutan, termasuk kendaraan listrik, serta memperkuat kapasitas cyber security dan pemajuan literasi digital yang inklusif.

Poin ketiga, kerja sama dalam menanggulangi perubahan iklim. Menlu menyebutkan, melalui program US-ASEAN Climate Futures dialokasikan dana untuk mendukung implementasi Nationally Determined Contributions  dari negara-negara ASEAN.

“Selain itu, juga didorong kemitraan publik swasta untuk mendukung percepatan transisi energi bersih, antara lain melalui skema financing, blended finance, dan transfer teknologi,” ujarnya.

Keempat, peningkatan kerja sama pendidikan termasuk penguatan kolaborasi universitas dan perusahaan. Retno Marsudi juga menyampaikan melalui program the Billion Futures dialokasikan peningkatan pembangunan pendidikan, pelatihan guru, dan promosi pengarusutamaan gender.

“Kelima, peningkatan kerja sama maritim melalui ASEAN-led mechanisms dalam bentuk memperkuat koordinasi antar maritime law enforcement agency di bidang maritime domain awareness, search and rescue, keamanan maritim dan pemberantasan illegalunreported, and unregulated fishing.” kata Retno Marsudi.

Di sisi lain, Jokowi menyampaikan tiga poin penting terkait penanganan perubahan iklim dalam pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN dengan Wapres AS Kamala Harris di Washington DC.

“Pembiayaan iklim yang harus terpenuhi, kerja sama transisi energi diperkuat, dan investasi di ekonomi hijau harus ditingkatkan.” ungkap Jokowi.

Terkait pembiayaan iklim, Jokowi mendorong komitmen negara maju lainnya untuk memenuhi semua komitmennya dalam pencapaian NDC atau kepanjangan dari Nationally Determined Contributions secara global. 
 
Menurut pandangan Jokowi, pada periode 2000-2019, ASEAN hanya memperoleh 819,3 triliun rupiah atau sekitar 10 persen dari total dukungan pembiayaan iklim negara maju.

Selain itu, Jokowi menyampaikan potensi besar yang dimiliki Indonesia terkait transisi energi, yaitu potensi energi terbarukan sekitar 437 gigawatt. 
 
Potensi energi baik dari energi surya, angin maupun panas bumi, saat ini pemanfaatannya baru mencapai 0,3 persen dari total potensi. 
 
Imbas perang di Ukraina, terjadi kenaikan harga pangan, energi, dan inflasi, sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di negara berkembang dan kurang berkembang.

“Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi Covid-19, dunia menghadapi masalah baru, perang di Ukraina. Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam. Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh justru unilateralisme yang makin mengemuka.” tukas Jokowi.

KTT Khusus yang dihadiri oleh Presiden AS Joe Biden juga pemimpin negara-negara ASEAN tersebut, Jokowi pun menyambut baik inisiatif negeri paman sam melalui Indo-Pacific Economic Framework atau disingkat IPEF ini.

Saat Indonesia menjadi ketua ASEAN tahun depan, Jokowi juga menyampaikan rencananya melakukan Indo-Pacific Infrastructure Forum tersebut.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x