Al-Manadhir Al-Haytham, Buku Berusia 1000 Tahun Leluhurnya Kamera, Masih Relevan Hingga Sekarang

- 9 Desember 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi buku.Al-Manadhir Al-Haytham, Buku Berusia 1000 Tahun Leluhurnya Kamera, Masih Relevan Hingga Sekarang
Ilustrasi buku.Al-Manadhir Al-Haytham, Buku Berusia 1000 Tahun Leluhurnya Kamera, Masih Relevan Hingga Sekarang /Pixabay



SEMARANGKU - Buku tua yang berumur 1000 tahun, berjudul Al-Manadhir, selanjutnya diterjemahkan ke bahasa latin jadi 'Book of Optics.'

Book of Optics sebagai buku sains yang paling berpengaruh dalam histori sains di Eropa.

Bahkan penjuru dunia dalam sektor optik, tanpa buku ini barangkali sekarang tak ada yang namanya lensa atau kamera.
 
 

Penulis buku tua leluhurnya kamera yakni 'Alhazeni', sementara panggilan latinnya 'Al-Haytham', menariknya buku berumur lebih dari 1000 tahun, sampai sekarang masih relevan.

Bahkan buku tua ini sudah dibaca oleh Galileo Galilei, Johannes Kepler, René Descartes sampai Leonardo da Vinci.

Ibnu Al-Haytham seorang ilmuwan muslim pada abad ke-11, saat itu Islam tengah dalam zaman keemasannya, orang barat menyebutnya The Islamic Golden Age.

Mungkin bagi kalian Ibnu Al-Haytham bukan siapa-siapa bahkan banyak muslim yang tak mengenal beliau.

Namun di Eropa beliau begitu populer disejajarkan dengan Galileo serta Newton lantaran beliaulah penemu dasar ilmu mengenai cahaya hingga Ibnu Al-Haytham disebut sebagai The Fathers of Optics.

Pada tahun 2015 UNESCO pernah menggelar perayaan di International Year of Light untuk mengenang 1000 tahun karya Al-Haytham.

Satu diantara penemuan Ibnu Al-Haytham yang sangat merevolusi pandangan sains dunia karena beliau menerangkan teknik mata kita bekerja.

Sebelum beliau banyak ilmuwan Yunani seperti Plato yakin jika mata mengeluarkan cahaya menuju objek untuk dapat melihat.

Lantas diperbarui Ibnu Al-Haytham justru matalah yang menangkap refleksi cahaya hingga kita dapat melihat.

Bahkan beliaulah yang memetakan beberapa bagian mata yang berfungsi mengontrol masuknya cahaya seperti iris, pupil, kornea, serta retina.

Temuannya bukan hanya teori, Ibnu Al-Haytham membuktikannya dengan uji coba.

Bahkan eksperimennya yang sering disebut cukup sederhana menjadi dasar bagi penemuan kamera era sekarang yang pada waktu itu disebut Kamera Obscura.

Kata kamera berasal dari bahasa Latin yang maknanya ruangan, sedangkan obscura berarti gelap jadi Kamera Obscura maknanya ruangan gelap.

karena Ibnu Al-Haytham melakukan uji cobanya di ruangan gelap waktu beliau dipenjara.

Beliau dipenjara lantaran penguasa Mesir pernah memanggilnya untuk menangani banjir Sungai Nil.

Tetapi upayanya dianggap tidak berhasil maka sang raja memenjarakannya.

Dalam penjara malah jadi peristiwa historis bagi Ibnu Al-Haytham serta perkembangan dunia sains kekinian satu diantaranya ialah penemuan Kamera Obscura.

Jika menurut kalian penemuan beliau, biasa saja, cermati bahwa Ibnu Al-Haytham bukan cuma memaparkan langkah kerja mata, namun karakter dari cahaya tersebut.

Beliaulah yang pertama menyatakan jika cahaya berjalan dalam lintasan lurus hingga beliau bisa menerangkan refleksi cermin, pembiasan cahaya, serta fenomena lainnya.
 
Menjadi prinsip penemuan seluruh teknologi yang melibatkan cahaya seperti kabel optik, laser, komunikasi satelit, sampai akselerator partikel.

Apa yang kita pelajari di sekolah dalam bab optik seperti cermin, pembiasan cahaya, lensa, teknik kerja kamera, teleskop, mikroskop, segalanya berawal dari buku tua berusia 1000 tahun.

Sayangnya nama Ibnu Al-Haytham tak pernah disebutkan pada buku sekolah.

Buku yang beliau tulis bukan cuma ini, melainkan Ibnu Al-Haytham menulis lebih dari 200 buku.
 
Bukan sekedar mengenai optik tetapi juga matematika astronomi serta engineering.

Sejumlah bukunya hilang saat runtuhnya Alexandria Mesir, sekali lagi nama Ibnu Al-Haytham barangkali bagi kalian tak seterkenal Newton atau Einstein.

Nama Ibnu Al-Haytham begitu pentingnya sampai diabadikan menjadi satu diantara kawah di bulan, fotonya dalam mata uang Irak 10.000 Dinar.

Dilansir dari YouTube Rumah Editor film dokumenter yang sempat diputar pada perayaan Internasional Year of Light kerjasama UNESCO dengan 1001 Invention, bisa disaksikan di Channel YouTube Nyssawey

Sebuah film yang mencoba mengunggah kesadaran kita bahwa ada andil peradaban Islam dalam sains modern.

Bila kalian seorang muslim, tak melulu mesti pintar dalam hal agama.
 
Ibnu Al-Haytham ialah contoh bahwa seorang muslim bisa juga berperanan dalam kemajuan peradaban dunia dalam ilmu pengetahuan.
 
Karyanya melampaui batas agama, batas negara sampai batas waktu.

'saya terus mencari pengetahuan serta kebenaran, lantas menjadi keyakinan saya bahwa untuk memperoleh pencerahan serta kedekatan dengan Tuhan, tak ada cara yang lebih baik kecuali mencari kebenaran dan pengetahuan.' kutipan Ibn Al-Haytham

Semoga kelak makin banyak generasi seperti Ibnu Al-Haytham demi masa depan Indonesia yang lebih bagus.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x