Metode Dakwah Walisongo di Indonesia

5 Oktober 2021, 11:00 WIB
Metode Dakwah Walisongo di Indonesia /pexels-fuzail-ahmad

SEMARANGKU - Artikel ini akan menyajikan kepada anda terkait motode dakwah Walisongo di Indonesia.

Keberhasilan dakwah di Indonesia, tentunya Walisongo tidak terlepas dari metode yang mereka aplikasikan dalam pelaksanaan di lapangan.

Dapat dikatakan bahwa metode dakwah Walisongo di Indonesia tidak terlepas dari cara pemikiran yang merangkul dan penuh kasih sayang.

Baca Juga: Strategi Dakwah Walisongo di Indonesia

Walisongo mengenalkan Islam di Indonesia dengan memberi tauladan kepada mereka, sehingga metode dakwahnya dapat menjadi solusi dalam menyebarkan agama Islam.

Asal dari metode ini merujuk kepada Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:

"Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."

Aplikasi dalam pengunaan metode ini, telah di contohkan Sunan Kalijaga, ketika mengajak Adipati pandanaran di Semarang.

Baca Juga: Walisongo Berdakwah di Indonesia Ajarkan Kedamaian dan Rahmatan Lil’alamin

Pada mulanya terjadi perdebatan seru, tetapi perdebatan itu berakhir dengan rasa tunduk sang Adipati akhirnya masuk Islam.

Bahkan karena cerita-cerita tradisional, Adipati itu rela mengorbankan pangkat dan meninggalkan kemewahan dunia demi memenuhi syarat yang diminta oleh Sunan Kalijag untuk diterima sebagai muridnya.

Kemudian metode dakwah ini dicontohkan juga oleh Raden Rahmat, ketika ia berdakwah kepada Ariya Damar dari Pelembang.

Berkat keramahan dan kebijaksanaan Reden Rahmat, Ariya damar kemudian rela masuk Islam bersama istrinya, yang kemudian diikuti pula oleh hampir segenap rakyat dari anak negerinya.

Metode al-hikmah merupakan sistem dan cara dakwah Walisongo yang memakai konsep kebijaksanaan yang diselenggarakan secara popular, atraktif, dan sensational.

Cara ini, Walisongo gunakan dalam menghadapi
masyarakat awam. Dengan tata cara yang
amat bijaksana, masyarakat awam itu
menjadi lentur.

Adapun metode lain yang digunakan walisongo dalam berdakwah sebagai berikaut:

Pertama, metode pembentukan dan penanaman
kader, serta penyebarkan juru dakwah ke
berbagai daerah.

Tempat yang dituju ialah daerah- daerah yang sama sekali kosong dari penghuni atau kosong dari pengaruh Islam.

Kedua, dakwah melalui jalur keluarga/perkawinan. Contohnya Sunan Ampel kawinkan putrinya Dewi Murthosiyah dengan Raden Patah, Bupati Demak.

Putri Sunan Ampel yang bernama Alawiyah
dikawinkan dengan Syarif Hidayatullah, Sunan Gunung Jati.

Sedangkan Putrinya yang bernama Siti Sariyah dikawinkan dengan Usman Haji Dar Ngudung.

Ketiga, mengembangkan pendidikan
pesantren yang dirintis oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Keempat, dengan mengembangkan
kebudayaan Jawa. Dalam kebudayaan Jawa
Walisongo memberikan andil yang sangat
besar.

Pada metode ini Walisongo menggunakan kesenian dan aspek-aspek lain
dibidang kebudayaan pada umumnya.

Kelima, metode dakwah melalui
sarana dan prasarana yang berkaitan dengan
masalah perekonomian rakyat.

Misalnya untuk efisiensi dalam perekonomian para wali berijtihad tentang kesempurnaan alat pertania, perabotan dapur, dan lain sebagainya.

Pada kesempatan itu, Sunan Kalijaga menyumbangkan karya yang berkenaan dengan pertanian yaitu, cangkul.

Keenam, dalam mengembangkan
dakwa Islamiyah di tanah Jawa para wali
menggunakan sarana politik untuk
mencapai tujuannya.

Berawal dari pemikiran itu, maka kehadiran keraton Demak tidak mungkin perannya diabaikan begitu saja dalam sejarah penyebaran Islam pada masa itu.

Pentingnya kekuasan politik bagi kelangsungan dakwah ini, tentunya didasari oleh Walisongo, sehingga tidaklah mengherankan kalau mereka banyak terlibat dalam dunia politik.

Dilansir dari Jurnal yang berjudul Strategi dan Metode Dakwah Walisongo. Karya Hatmansyah, S.Ag., ME tahun 2015.

Demikian penjelasan tentang metode dakwah walisingo yang digunakan dalam menyebarkan Islam di Indonesia.***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler