SEMARANGKU - Ketegangan yang telah memicu konflik Rusia dan Ukraina memanas, setelah upaya diplomatik belum menemukan titik terang.
Batalyon Babushka ikut bersiap menjaga kedaulatan negara Ukraina dari invasi Rusia.
Rusia mengajukan tuntutan keamanan soal keberadaan NATO di perbatasan timur Ukraina. Hal itu kembali memanaskan situasi sejak konflik 2014 silam.
Krisis yang melibatkan kedua negara Eropa timur itu sudah terjadi 8 tahun silam, saat Rusia mendukung aksi separatis Ukraina Timur hingga lepasnya semenanjung Krimea.
Baca Juga: Diplomat Moskow Sebut NATO Tidak Inginkan Perdamaian Rusia-Ukraina, Barat Tidak Mendengarkan Desakan Kremlin
Ketegangan atas krisis Ukraina-Rusia mulai bergelora lebih dari dua bulan, upaya diplomatik untuk menyelesaikan masalah menunjukkan sedikit kemajuan.
Pada November 2021, pencitraan satelit mendeteksi aktivitas baru militer Rusia di perbatasan Ukraina.
Sebelumnya Rusia mengajukan tuntutan keamanan ke negara-negara Barat, termasuk mendesak NATO menghentikan aktivitas militer di Eropa timur.
Setelah upaya diplomatik AS di Jenewa mengalami kebuntuan dengan tuntutan keamanan yang dilayangkan Rusia pada akhir Januari lalu.
Di lain sisi, para sukarelawan sejak pecah konflik di negara itu pada 2014, termasuk Valentyna Konstantynovska bergabung dengan pasukan babushka.
Valentyna Konstantynovska menyatakan siap mengangkat senjata dan menghadapi invasi Rusia untuk melindungi kota Mariupol, Ukraina.
"Saya mencintai kota ini, saya tidak mau pergi. Putin tidak bisa menakut-nakuti kita. Ya, perang memang menakutkan, namun kita harus berjuang membela Ukraina sampai akhir." tutur Valentyna Konstantynovska
Sementara itu, unit militer Azov yang semua anggotanya sukarelawan sayap kanan, berideologi ultra nasionalis ini dituduh telah menyembunyikan ideologi supremasi neo-Nazi. Sayap politik yang berbasis di kota Kyiv ini mendapat sedikit dukungan di parlemen tahun 2019.
Justru di kota Mariupol, pasukan militer Azov sering dianggap sebagai pembela kota setelah mereka berhasil merebut kembali dari pendudukan gerakan separatis yang didukung Rusia pada 2014 silam.