Krisis Rusia-Ukraina Kembali Memanas di Perbatasan Timur, Batalyon Babushka Siap Lindungi Tanah Air

- 15 Februari 2022, 20:15 WIB
Krisis Rusia-Ukraina Kembali Memanas di Perbatasan Timur, Batalyon Babushka Siap Lindungi Tanah Air
Krisis Rusia-Ukraina Kembali Memanas di Perbatasan Timur, Batalyon Babushka Siap Lindungi Tanah Air /Youtube WION



SEMARANGKU - Ketegangan yang telah memicu konflik Rusia dan Ukraina memanas, setelah upaya diplomatik belum menemukan titik terang.

Batalyon Babushka ikut bersiap menjaga kedaulatan negara Ukraina dari invasi Rusia.

Rusia mengajukan tuntutan keamanan soal keberadaan NATO di perbatasan timur Ukraina. Hal itu kembali memanaskan situasi sejak konflik 2014 silam.

Krisis yang melibatkan kedua negara Eropa timur itu sudah terjadi 8 tahun silam, saat Rusia mendukung aksi separatis Ukraina Timur hingga lepasnya semenanjung  Krimea.

Baca Juga: Diplomat Moskow Sebut NATO Tidak Inginkan Perdamaian Rusia-Ukraina, Barat Tidak Mendengarkan Desakan Kremlin

Ketegangan atas krisis Ukraina-Rusia mulai bergelora lebih dari dua bulan, upaya diplomatik untuk menyelesaikan masalah menunjukkan sedikit kemajuan.

Pada November 2021, pencitraan satelit mendeteksi aktivitas baru militer Rusia di perbatasan Ukraina. 

Dan pemerintah Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah memobilisasi lebih dari 100.000 personil, beserta alutsista militer lainnya.

Sebelumnya Rusia mengajukan tuntutan keamanan ke negara-negara Barat, termasuk mendesak NATO menghentikan aktivitas militer di Eropa timur. 
 
Juga meminta aliansi tersebut tidak menerima keanggotaan Ukraina serta negara-negara bekas Soviet lainnya sebagai anggota NATO.

Setelah upaya diplomatik AS di Jenewa mengalami kebuntuan dengan tuntutan keamanan yang dilayangkan Rusia pada akhir Januari lalu. 
 
 
NATO telah menempatkan pasukan dalam status siaga juga memperkuat pergerakan militernya di Eropa Timur dengan alutsista tambahan. 
 
Beberapa negara barat pun mulai mengevakuasi staf kedubes dari kota Kiev. Bahkan militer AS menempatkan sekitar 8.500 tentara dalam posisi siaga.

Di lain sisi, para sukarelawan sejak pecah konflik di negara itu pada 2014, termasuk Valentyna Konstantynovska bergabung dengan pasukan babushka.
 
Dalam bahasa lokal, babushka berarti wanita tua atau seorang nenek. Valentyna Konstantynovska seorang wanita lanjut usia ini. 
 
Semasa konflik 2014, Valentyna bersama rekan-rekannya ikut menggali parit pertahanan, menyediakan persediaan logistik, hingga membangun menara pengintai.

Saat ketegangan dengan Rusia telah memasuki masa kritis, dan AS memperingatkan Ukraina bahwa mereka dapat melancarkan aksi militer kapan saja untuk menginvasi ibukota.
 
Menerima kabar tersebut beberapa wanita siap mempertahankan kota Mariupol dengan meluncurkan batalyon babushka.

Valentyna Konstantynovska menyatakan siap mengangkat senjata dan menghadapi invasi Rusia untuk melindungi kota Mariupol, Ukraina.

"Saya mencintai kota ini, saya tidak mau pergi. Putin tidak bisa menakut-nakuti kita. Ya, perang memang menakutkan, namun kita harus berjuang membela Ukraina sampai akhir." tutur Valentyna Konstantynovska seperti dilansir dari Aljazeera, Senin.

Sementara itu, unit militer Azov yang semua anggotanya sukarelawan sayap kanan, berideologi ultra nasionalis ini dituduh telah menyembunyikan ideologi supremasi neo-Nazi. Sayap politik yang berbasis di kota Kyiv ini mendapat sedikit dukungan di parlemen tahun 2019.

Justru di kota Mariupol, pasukan militer Azov sering dianggap sebagai pembela kota setelah mereka berhasil merebut kembali dari pendudukan gerakan separatis yang didukung Rusia pada 2014 silam. 
 
Dengan basis unit militer Azov yang berjarak 40 km dari kota pelabuhan strategis, Mariupol ini menjadikan mereka sebagai garis pertahanan pertama jika terjadi serangan.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x