China Rangkul Taliban untuk Incar Kepentingan Sendiri, Ini Kata Pengamat Politik

- 17 Agustus 2021, 08:45 WIB
China Rangkul Taliban untuk Incar Kepentingan Sendiri, Ini Kata Pengamat Politik
China Rangkul Taliban untuk Incar Kepentingan Sendiri, Ini Kata Pengamat Politik /Stringer/REUTERS

SEMARANGKU – Taliban telah membuat kemajuan pesat dalam pergerakannya untuk kuasai Afghanistan.

Pada Minggu, 15 Agustus Taliban telah berhasil memasuki Kabul dan kuasai istana kepresidenan.

Sementara itu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah kabur dan merahasiakan keberadaannya hingga kini.

Baca Juga: Taliban Ambil Alih Kekuasaan Afghanistan, China Siap Menjadi 'Teman yang Ramah' Bagi Taliban

Usai kemenangan Taliban dalam perebutan kota Kabul, kemudian muncul kecemasan yang berkembang.

Kecemasan tersebut mengenai apa yang akan terjadi apabila Taliban kuasai Afghanistan begitu Amerika dan sekutu NATO pergi.

Namun, China memandang hal tersebut secara berbeda dan mencoba untuk mengkonsolidasikan hubungannya dengan Taliban.

Seorang penulis serta pengamat politik Madiha Afzal mengatakan bahwa keterlibatan China dengan Taliban sangat terbuka.

Baca Juga: Taliban Kuasai Afghanistan, Berbagai Negara Berikan Tindakan Ini atas Perilaku Taliban

“Keterlibatan yang sangat terbuka dan sengat terbuka ini jelas merupakan hal yang pertama,” ujar Madiha Afzal dikutip Semarangku melalui NPR.

Madiha Afzal bersama Brookings Institution di Washington DC mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan langkah awal walaupun telah ada pembicaraan informal antara China dan Taliban sebelumnya.

Afzal pun mengatakan bahwa kesepatakan antara China dan Taliban juga merupakan keuntungan yang akan diperoleh Taliban.

“Pada dasarnya, Anda tahu itu mungkin tahap paling signifikasn yang telah diterima Badarar (pemimpin negosiator Taliban),” ujar Afzal.

“Yang diterima Taliban dalam hal legitimasi internasional dalam hal bagaimana Menteri Luar Negeri China berinteraksi (dengan Taliban),” lanjutnya.

Sementara itu, Wang Yi Menteri Luar Negeri China menyebutkan bahwa Taliban merupakan kekuatan militer dan politik yang penting.

Wang Yi juga mengatakan bahwa Taliban mendesak China untuk menjunjung tinggi bendera pembicaraan damai.

Sementara itu diketahui bahwa Taliban terus berusaha untuk menguasai wilayah Afghanistan dan tetap tidak terlibat dalam pembicaraan damai seperti pembicaraan damai di Doha.

Rodger Baker bersama perusahaan intelijin Stratfor Rane mengatakan bahwa dirinya telah memantau Afghanistan selama beberapa dekade.

Baker mengatakan bahwa China tidak mempercayai Taliban tetapi tetap melindungi taruhannya.

“Mereka masih mengklaim tidak memihak, jadi mereka akan bekerja dengan siapa pun yang mengaku sebagai pemerintah Afghanistan asalkan kepentingan mereka tetap stabil,” ujar Baker.

Baker juga mengatakan bahwa perhatian utama China di Afghanistan adalah keamanan dan sebagian untuk membantu melindungi kepentingan ekonominya.

Selain itu, Baker juga mengatakan bahwa China tidak ingin Taliban membiarkan Afghanistan menjadi tempat yang aman bagi ekstremis Muslim Uyghur yang dapat lancarkan serangan lintas perbatasan.

Beberapa hari sebelum penyerangan Taliban di Kabul, Presiden Xi Jinping telah menghubungi Ashraf Ghani.

Xi Jinping menegaskan bahwa hubungan persahabatan antara kedua negara.

Hal ini dinilai sebagai permainan yang memainkan kedua pihak dan dapat membantu menjaga kepentingan China di Afghanistan tetap aman.***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: NPR


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah