Rusia dan China Tuduh AS Picu Ketegangan di Semenanjung Korea, Korut Bela Pengembangan Rudal Balistik

10 Juni 2022, 07:22 WIB
Rusia dan China Tuduh AS Picu Ketegangan di Semenanjung Korea, Korut Bela Pengembangan Rudal Balistik /Florence Lo/Reuters

SEMARANGKU - Rusia dan China menuduh Amerika Serikat (AS) memicu ketegangan di Semenanjung Korea.

Rusia dan China menuding AS memantik ketegangan di Semenanjung Korea selama pertemuan penting di Majelis Umum PBB pada Rabu, 8 Juni 2022.

Rusia dan China memveto sanksi global baru atas peluncuran rudal balistik baru Korea Utara, dimana menurut AS, rudal tersebut meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.

Menurut Rusia dan China, ketegangan di Semanjung Korea justru didalangi oleh AS.

Baca Juga: Jepang Pepet NATO dan Amerika Serikat Guna Perkuat Wilayah Indo-Pasifik dari Ancaman Korea Utara

Zhang Jun, Duta Besar China untuk PBB, mengatakan kepada Majelis Umum bahwa ketegangan di semenanjung telah berkembang seperti sekarang ini, terutama karena kegagalan kebijakan AS.

Dia mendorong AS untuk mengambil tindakan dan mengajukan permohonan agar sanksi dicabut.

“Ada banyak hal yang bisa dilakukan AS, seperti melonggarkan sanksi terhadap Korea Utara di area tertentu, dan mengakhiri latihan militer bersama dengan Korea Selatan. Kuncinya adalah mengambil tindakan, bukan hanya berbicara tentang kesiapannya untuk berdialog tanpa prasyarat,” ujar Zhang, dikutip dari Al Jazeera.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Anna Evstigneeva, juga menyerukan hal yang senada dengan Zhang.

“Korea Utara membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan dan Barat harus berhenti menyalahkan Pyongyang atas ketegangan tersebut,” ujar Evstigneeva, dikutip dari Al Jazeera.

Berbicara untuk AS, Wakil Duta Besar Jeffrey DeLaurentis menolak tuduhan Rusia dan China.

DeLaurentis mempertanyakan apakah China dan Rusia telah meningkatkan kemitraan strategis ‘tanpa batas’ mereka di atas keamanan global dengan memveto sanksi Korea Utara.

“Kami berharap veto ini bukan cerminan dari kemitraan itu,” ujar DeLaurentis, dikutip dari Al Jazeera.

Dia lebih lanjut menuturkan bahwa penjelasan Rusia dan China untuk menggunakan hak veto tidak kredibel.

“Penjelasan mereka untuk menggunakan hak veto tidak cukup, tidak kredibel dan tidak meyakinkan. Hak veto tidak dikerahkan untuk melayani keselamatan dan keamanan kolektif kita,” terangnya.

Dia menambahkan bahwa sanksi saat ini dan proposal untuk tindakan baru merupakan tanggapan langsung terhadap tindakan Korea Utara.

Serta mengatakan AS berulang kali mencoba untuk memulai kembali pembicaraan, mengirim pesan publik dan pribadi, tetapi belum menerima tanggapan.

Sekedar informasi, Korea Utara telah melakukan lusinan peluncuran rudal balistik tahun ini, termasuk rudal antarbenua yang umumnya dikenal sebagai ICBM.

Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol yang menjabat pada 10 Mei 2022, telah setuju dengan Presiden AS Joe Biden pada pertemuan puncak bulan lalu untuk meningkatkan latihan militer bersama mereka untuk mencegah Korea Utara.

Militer Korea Selatan dan AS sejak saat itu mencocokkan setiap tes Korea Utara dengan unjuk kekuatan untuk menunjukkan kemampuan dan kesiapan mereka untuk menanggapi setiap provokasi Korea Utara.

Korea Utara membela pengembangan rudal balistik dan senjata nuklirnya sebagai perlindungan terhadap ancaman langsung dari AS.

Klaim ini dibantah oleh AS.

Itulah Rusia dan China yang menuduh AS memicu ketegangan di Semenanjung Korea.***

Editor: Risco Ferdian

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler