Terlalu Militeristik, Para Ahli Desak Uni Eropa Kembangkan Pendekatan Baru Terhadap Keamanan di Afrika

19 Februari 2022, 20:45 WIB
Pasukan Prancis di Mali, Sangat Militeristik, Para Ahli Desak Uni Eropa Kembangkan Pendekatan Baru Terhadap Keamanan di Afrika /BENOIT TESSIER/REUTERS

SEMARANGKU - Para ahli mendesak Uni Eropa untuk mengembangkan pendekatan baru terhadap keamanan di Afrika.

Hal ini karena menurut para ahli yang merupakan pakar keamanan ini mengatakan bahwa pendekatan Uni Eropa terhadap keamanan di Afrika sejauh ini sangat militeristik.

Saat Prancis bersiap untuk menarik pasukan dari Mali, para ahli mendesak Uni Eropa untuk mengembangkan pendekatan baru terhadap keamanan di Afrika.

Masa depan hubungan pertahanan Uni Eropa dengan keamanan di Afrika menjadi sorotan, membuat para ahli mendesak Uni Eropa untuk menggunakan pendekatan baru.

Baca Juga: GAWAT! Ketegangan Rusia-Ukraina Belum Surut, Biden Sebut Rusia Dapat Menyerang Ukraina dalam Beberapa Hari

Hal tersebut menjadi sorotan setelah Prancis dan sekutu Eropanya mengumumkan rencana untuk menarik pasukan dari Negara Mali di Afrika Barat.

Prancis dan pasukan Uni Eropa yang dipimpin Prancis telah memerangi kelompok bersenjata di Mali sejak 2013.

Namun hubungan negara itu dengan Mali memburuk sejak militer merebut kekuasaan pada Mei 2021.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa penarikan pasukan Prancis di Mali akan memakan waktu empat sampai enam bulan.

Kemudian Paris akan mengerahkan pasukannya di tempat lain di wilayah Sahel.

Presiden Niger, Mohammed Bazoum mengkonfirmasi pada Jumat, 18 Februari 2022 bahwa negaranya akan menjadi tuan rumah pasukan Takuba yang dipimpin Prancis.

Baca Juga: Buntut Krisis Rusia-Ukraina, Kondisi Ekonomi Asia Tengah Tertekan, Terjepit Ketegangan Geopolitik?

Bazoum memuji pekerjaan mereka.

“Mereka adalah pasukan khusus dengan kemampuan menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh organisasi teroris,” ujar Bazoum, dikutip dari Al Jazeera.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mali, Abdoulaye Diop dan Menteri Pertahanan Mali, Kolonel Sadio Camara menyambut baik diskusi bilateral dengan mitra Eropa.

Pengumuman penarikan telah menimbulkan pertanyaan tentang masa depan misi pelatihan Uni Eropa di Mali dan di seluruh Afrika.

Katja Keul, Wakil Menteri di Kementerian Luar Negeri Jerman menyatakan bahwa tindakan Prancis juga akan berdampak pada keterlibatan Jerman di kawasan itu.

Selain itu, beberapa pejabat UE khawatir tentang kehadiran tentara bayaran Rusia dan pengaruh China yang berkembang di bagian-bagian Afrika yang bergejolak.

Serta takut bahwa kurangnya kehadiran keamanan UE dapat meningkatkan ambisi Moskow dan Beijing.

Kepala Pencegahan Konflik, Lucia Montanaro mengatakan bahwa peristiwa terkini di Mali harus membuat UE menyesuaikan kembali pendekatannya.

“Eropa telah berfokus pada pendekatan militerisasi dan keamanan. Tanggapan yang sangat militeristik menekan gejala ketidakamanan tanpa mengatasi penyebab mendasar seperti ketidaksetaraan struktural, korupsi, dan pemerintahan eksklusif yang merupakan pendorong konflik,” ujar Montanaro, dikutip dari Al Jazeera.

Montanaro percaya bahwa bahwa keamanan hanyalah unsur perdamaian.

Dia menjelaskan bahwa UE harus menyelaraskan Kembali pendekatannya untuk meningkatkan hubungannya di seluruh Afrika.

“Penting bagi UE untuk menyesuaikan kembali pendekatannya ke pendekatan yang lebih berpusat pada rakyat yang membahas pendorong struktural ketidakamanan,” imbuhnya.

Sekedar informasi, menjaga perdamaian dan keamanan di Afrika telah menjadi prioritas utama bagi UE.

Hal ini terutama terlihat di wilayah Sahel di mana blok tersebut telah menghabiskan lebih dari satu miliar euro ($ 1,13 miliar) untuk meningkatkan kapasitas pasukan militer.

Ini bertujuan untuk memerangi kelompok-kelompok bersenjata.

Itulah para ahli yang mendesak Uni Eropa untuk mengembangkan pendekatan baru terhadap keamanan di Afrika.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler