Polisi Turki Malah Tembaki Gas Air Mata ke Ribuan Wanita yang Peringati Hari Penghapusan Kekerasan Perempuan

26 November 2021, 16:00 WIB
Polisi Turki Malah Tembaki Gas Air Mata ke Ribuan Wanita yang Peringati Hari Penghapusan Kekerasan Perempuan. /Foto: Reuters/ Umit Bektas///

SEMARANGKU - Polisi Turki menembakkan gas air mata dan peluru karet pada hari Kamis, 25 November 2021.

Polisi Turki mencoba untuk membuat mundur orang-orang yang sedang menghadiri peringatan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.

Banyak dari mereka adalah perempuan yang menjadi korban tembakan gas air mata oleh polisi Turki.

Protes, bagian dari satu minggu mobilisasi nasional, terjadi di tengah seruan agar Turki bergabung kembali dengan Konvensi Istanbul, perjanjian penting untuk melindungi perempuan yang mencakup 45 negara dan ditandatangani di kota terbesar Turki pada 2011.

Sementara Turki adalah negara pertama yang menikmati konvensi tersebut, pada bulan Juli Turki juga menjadi yang pertama menarik diri.

Baca Juga: Nagita Slavina Lahiran dan Masih Lemas Pakai Kursi Roda, Raffi Ahmad : Minta Doanya ya Guys!

Pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengklaim inisiatif tersebut telah “dibajak oleh sekelompok orang yang berusaha untuk menormalkan homoseksualitas”.

Wanita Turki telah melakukan protes massal dua kali atas penarikan itu, pada bulan Maret ketika Erdogan pertama kali mengumumkan niatnya untuk mundur, dan sekali lagi pada bulan Juli, ketika langkah itu menjadi resmi.

Erdogan berpendapat undang-undang yang ada di Turki sudah memberikan perlindungan yang cukup bagi perempuan.

Baca Juga: Selamat! Nagita Slavina Melahirkan Anak Kedua. Raffi Ahmad: Mirip Banget Sama Aa

Namun sebanyak 285 wanita telah dibunuh oleh pria sejauh ini pada tahun 2021 di Turki.

“Ini bukan hanya statistik, ini adalah masalah kehidupan manusia, dan kita perlu mengatasi masalah ini dengan cepat,” kata Suleyman Soylu.

"Kami melihat kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah kemanusiaan, dan kami tidak dapat mentolerir bahkan kehilangan satu nyawa." sambungnya.

Bagi banyak wanita di Turki, mengklaim bahwa mereka tertarik untuk melindungi mereka sulit dipercaya, terutama setelah ditarik dari Konvensi Istanbul.***

Editor: Ajeng Putri Atika

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler