Kapan Tradisi Dugderan di Semarang Mulai Untuk Sambut Bulan Ramadhan, Cek Jadwal Dugderan

- 8 Maret 2023, 17:55 WIB
Ilustrasi. Kota Semarang akan mengadakan tradisi Dugderan untuk menyambut Ramadan.
Ilustrasi. Kota Semarang akan mengadakan tradisi Dugderan untuk menyambut Ramadan. /Pixabay.com/endho

 

 

SEMARANGKU - Tradisi Dugderan di Semarang bertujuan untuk menyambut Bulan Ramadhan yang diadakan secara rutin setiap tahunnya.

Tradisi Dugderan ini merupakan tradisi turun temurun yang masih dilestarikan sampai saat ini. 

Untuk Tradisi Dugderan di Semarang merupakan cerminan dari tiga etnis yaitu Jawa, Tionghoa dan Arab yang mendominasi masyarakat Semarang. 

Pada pelaksanaan Tradisi Dugderan biasanya dilaksanakan satu sampai dua minggi sebelum awal puasa. Biasanya Tradisi ini akan dibuka oleh walikota Semarang dan dimeriahkan oleh kembang api. 

 Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini, Rabu, 8 Maret 2023, Cuaca Hari Ini Dominasi Berawan

Menilik sejarahnya, dilansir melalui laman warisan.kemendikbud.go.id yang diakses pada (08/03/2023), Dugderan pertama kali digelar pada 1862-1881 oleh Bupati Semarang yakni Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat. 

Adanya Tradisi Dugderan di Semarang ini sebenarnya dilatarbelakangi karena mulanya masyarakat di Semarang belum memiliki keseragaman untuk menentukan pertanda waktu di awal puasa. Sehingga diseragamkan dengan mengadakan pesta yakni Dugderan oleh Bupati Semarang diawali tahun 1862-1881. 

Melalui laman utaratimes.pikiranrakyat.com diakses pada (08/03/2023), Dugderan berasal dari kata 'dugder' yang mana 'dug' sebagai suara tabuhan dan 'der' suara meriam. Kesepakatan itu ditandai dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman dan Meriam di halaman kabupaten dan dibunyikan tiga kali. Setelahnya diberikan pengumuman awal puasa. 

 Baca Juga: Jadwal dan Lokasi Layanan SIM Keliling Kota Semarang Maret 2023, Buka dari Pagi sampai Malam Hari

Namun seiring berjalannya waktu dentuman meriam telah tergantikan dengan petasan. Dentuman petasan tentu tidak asing lagi di telinga masyarakat dan juga populer untuk memeriahkan perayaan. 

Tidak hanya itu, pada Tradisi Dugderan ini juga terdapat Warak Ngendog sebagai ikon kota khas Semarang melambangkan kerukunan antar etnis. Warak Ngendog merupakan hewan mitologi rekaan hasil akulturasi tiga etnis yang digambarkan dengan kepala naga (kebudayaan etnis Cina), badan unta (kebudayaan etnis Arab) dan kaki kambing (kebudayaan etnis Jawa).  

Secara perinciannya Tradisi Dugderan ini meliputi tiga rangkaian acara. Diantaranya adalah pasar malam, prosesi pengumuman awal bulan Ramadhan, dan kirab budaya 

Untuk Warak Ngendok akan ditampilkan pada puncak dari Tradisi Dugderan, yakni pelaksanaan kirab budaya yang diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari beragam kesenian.

Pada perayaan Tradisi Dugderan ini juga membuka kesempatan masyarakat untuk memperoleh pendapatan. Karena dijadikan para pedagang sebagai ladang untuk memperoleh keuntungan. Banyak aneka ragam penjual makanan, minuman hingga mainan anak-anak yang ikut berkontribusi memeriahkan Tradisi Dugderan di Semarang.

Semoga Tradisi Dugderan yang merupakan perayaan multikultural ini terus lestari dan menjadi kebudayaan lokal Semarang yang selalu dikenal.***

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x