Mengenal Tradisi Iriban Desa Branjang, Ungaran Barat, Semarang, Sumber Kelangsungan Hidup Manusia

18 Desember 2021, 06:24 WIB
Mengenal Tradisi Iriban Desa Branjang, Ungaran Barat, Sumber Kelangsungan Hidup Manusia /YouTube Desa Branjang

SEMARANGKU - Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keaneragaman budaya dan tradisi, salah satunya yaitu iriban. Tradisi Iriban merupakan tradisi Jawa Islam yang saat ini masih melekat kuat khususnya bagi para petani di desa. Tradisi itu banyak ditemui di wilayah perdesaan.

Tradisi Iriban bisa ditemui di salah satu Desa yaitu Desa Branjang, Kecamatan Ungaran Barat, Semarang, Jateng.

Iriban merupakan tradisi yang bersumber dasar air, sumber kelangsungan hidup manusia.

Baca Juga: Di Balik Tradisi Black Friday, Krisis Keuangan Hingga Jatuhnya Pasar Emas AS

Tradisi itu bertujuan agar para petani mendapatkan hasil panen yang baik.

Setiap desa memiliki memiliki waktu pelaksanaan tradisi iriban yang berbeda-beda. Waktu tersebut dibuat berdasarkan hari dan pasaran jawa yang telah disepakati oleh leluhur masing-masing.

Berasal dari kata irib atau urup, iriban bermakna menghidupi kehidupan dengan menjaga dan merawat sumber air.

Tradisi iriban biasa dilakukan setiap dua kali setahun, setiap peralihan musim antara musim hujan ke musim panas dan sebaliknya.

Baca Juga: Link Live Streaming Barcelona vs Benfica Liga Champions, Taktik Xavi Lanjutkan Tradisi Blaugrana

Dikutip cerita budaya desaku dari kanal YouTube Desa Branjang, inilah urutan tradisi iriban saat dilakukan.

Iriban dilakukan di sumber mata air dan sepanjang aliran airnya. Warga yang mengikuti iriban merupakan warga yang menikmati aliran airnya untuk tanaman mereka.

1. Warga datang ke tempat irigasi aliran air dengan membawa cangkul dan sabit, membersihkan area yang terhambat rerumputan liar agar air mengalir dengan lancar menuju irigasi persawahan.

2. Warga membawa nasi, sayur gudangan, lalapan, air minum, dan syarat utama membawa ayam jantan yang masih hidup.

3. Ayam jantan disembelih dan darahnya dialirkan di aliran air, setelah itu ayamnya dibersihkan. Seberapa banyak ayam jantan yang dibawa jumlahnya berbeda-beda karena sebelumnya melakukan kesepakatan bersama terlebih dahulu.

4. Jeroan ayam dimasukkan dibumbung yang terbuat dari bambu dam dibakar bersama dengan ayam-ayam yang telah disembelih. Setelah dibakar ayam dipotong-potong, dan bagian potongan brutu atau anus ayam diletakkan di atas aliran.

5. Jeroan yang ada di bumbung bambu dipotong-potong lalu dicampur dengan sayur gudangan. Diatas daun pisang, nasi, sayur gudangan campur jeroan, lalapan, dan daging ayam ditata.

6. Setelah itu, makan bersama dan berdoa atau disebut selametan di sepanjang aliran yang menandakan bahwa iriban telah selesai di laksanakan. Selametan itu juga semata-mata mengharapkan berkah dari tuhan yang maha esa.

Diharapkan tradisi iriban masih bisa terus berkembang dan selalu ada yang mewariskan serta melestarikannya. Tanpa iriban, kelangsungan hidup akan terasa sesak karena adanya sumber makanan yang sehat berasal dari tradisi tersebut.

Para kaum muda diharapkan bisa menjaga warisan budaya turun menurun itu. Bagaimanpun juga, tradisi Iriban merupakan salah satu kekayaan budaya di Indonesia.***

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler