Presiden UEFA Kecam Event Euro 2020, Inggris Capai Final Tidak Adil, Banyak Diuntungkan!

- 11 Juli 2021, 18:30 WIB
Presiden UEFA Kecam Event Euro 2020, Inggris Capai Final Tidak Adil, Banyak Diuntungkan!
Presiden UEFA Kecam Event Euro 2020, Inggris Capai Final Tidak Adil, Banyak Diuntungkan! /Tangkapan layar: mola.tv
 
SEMARANGKU - Ingrris akan bertemu Italia di Final Euro 2020 namun UEFA tidak akan menggelar piala Euro di antar negara di masa depan.
 
UEFA telah sangat mengesampingkan kemungkinan menjadi tuan rumah piala Euro 2020 diakui format saat ini 'tidak adil'.
 
Inggris akan bermain di final hari Minggu melawan Italia di Wembley karena mereka ingin mengakhiri 55 tahun puasa gelar tetapi Inggris memiliki keuntungan bermain di kandang sendiri.
 
 
Three Lions telah memainkan semua pertandingan di Wembley kecuali saat mengalahkan Ukraina di perempat final di Roma.
 
Baik pemain timnas rival maupun fans mereka telah mengajukan keluhan soal format turnamen yang tidak umum, yang membuat beberapa tim melakukan perjalanan melintasi antar negara sepanjang turnamen.
 
Selain perjalanan ke Italia dan sedikit perubahan pemandangan di tempat latihan Tottenham setelah hasil imbang 0-0 yang mengecewakan dengan Skotlandia, Inggris tetap berada di markas Staffordshire, St George's Park.
 
Sekarang tampak UEFA menerima kritik, memutuskan akan menghapus format piala Euro 2020 saat ini di masa depan.
 
 
Mulai dari kota Roma, Baku, St. Petersburg, Kopenhagen, Amsterdam, Bukares, London, Glasgow, Munchen, dan Budapes telah menjadi tuan rumah pertandingan sepanjang turnamen piala Euro 2020, sedangkan pertandingan semifinal dan babak final di Wembley.
 
Presiden UEFA Aleskander Ceferin kini telah menegaskan bahwa "tidak mendukung" pengulangan format turnamen piala Euro 2020 di tengah keluhan bahwa Inggris sebagai salah satu tuan rumah yang diuntungkan. Karena tempat pertandingan semifinal dan babak final dihelat di stadion Wembley, London.
 
"Saya tidak akan mendukungnya lagi," kata Aleskander Ceferin kepada podcast BBC The Sports Desk. "Saya pikir itu terlalu menantang, cara yang tidak benar beberapa tim harus menempuh jarak lebih dari 10.000 km dan yang lainnya 1.000 km."
 
"Ini tidak adil bagi fans. bahkan ada beberapa fans harus berada di Roma hingga hari berikutnya, atau tinggal beberapa hari, mereka harus berada di Baku, penerbangan empat setengah jam." kata Ceferin.
 
"Ini memang ide yang menarik tetapi sulit untuk diterapkan dan saya pribadi tidak berpikir UEFA akan melakukannya lagi." tutur Ceferin.
 
Fans juga terpaksa melewatkan pertandingan karena peraturan karantina Covid-19. Perlu dicatat bahwa format turnamen ini telah dirancang jauh sebelum ia menjadi presiden UEFA.
 
Idenya dirancang oleh Michel Platini pada tahun 2012 mengatakan "di hari-hari ini perjalanan via udara sudah murah, segala sesuatu mungkin bisa terjadi".
 
Tetapi sejak itu mendapat kritik karena krisis Covid-19, sebelum itu karena peningkatan emisi karbon melalui perjalanan jarak jauh.
 
Dari 16 tim yang lolos dari babak grup, hanya timnas Inggris yang melakukan perjalanan paling sedikit dengan nol mil udara.
 
Swiss berada di puncak, mencatatkan 7.245 mil udara setelah memainkan pertandingan Grup A di Baku dan Roma.
 
Wales berada di urutan kedua dengan 5.382 mil dan fans mereka merasa ada korelasi yang jelas antara jarak tempuh perjalanan mereka dan hasil skor akhir saat melawan Denmark.
 
Semifinalis Euro 2020 itu mengalahkan Wales 4-0 di Amsterdam tetapi hanya mencatat 395 mil udara selama babak grup, meskipun Denmark harus menghadapi kenyataan insiden kehilangan bintang Denmark, Christen Eriksen.
 
Bek Wales, Chris Gunter mengecam presiden UEFA atas format turnamen melalui kanal Instagram-nya setelah kekalahan timnya di Amsterdam, Belanda.
 
"Dihapus sebelum sekantong udara ditendang, 3.000 mil dari rumah," ucapan pemain Wales ini yang paling banyak tampil di story.
 
"Setiap negara memiliki fans ke mana pun tim kesayangan pergi, selain dari 350 orang yang melanggar peraturan pemerintah dan rekening bank untuk sampai di sana, anda dan kami pantas mendapatkan lebih banyak dari lelucon yang dibuat turnamen Euro kali ini, tetapi siapa yang mampu mengatakan hidup itu adil." timpal Chris Gunter.
 
Final Euro 2020 akan mempertemukan antara timnas Italia dan Inggris pada 11 Juli di Wembley.***
 

Editor: Heru Fajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x