SEMARANGKU - Sudah Empat bulan lamanya tempat hiburan malam di Jakarta tidak beroperasi, nampaknya, cukup membawa dampak besar bagi karyawan tempat karaoke, jika dilihat, kondisinya cukup sangat kritis. Bahkan ada yang kini kerja jadi tukang ojek untuk kelangsungan hidupnya.
Menurut Nurhayati, salah satu pekerja tempat karaoke menjelaskan semua cerita sedih yang dialaminya, sebelum ditutupnya semua tempat karaoke yang ada di Jakarta, penghasilan mereka rata rata mencapai 5 juta setiap bulannya.
"Setiap bulan pendapatan saya rata rata 5 juta perbulannya, dan itu tidak termasuk uang tips, namun sekarang sama sekali saya tidak ada penghasilan sama sekali," terangnya.
Jika karyawan laki laki mereka masih bisa cari sampingan, jadi tukang ojek atau yang lain, namun lain halnya dengan perempuan, tanpa penghasilan yang jelas dan harus tetap duduk manis di rumah.
"Semenjak tempat karaoke tempat saya bekerja sudah tidak lagi beroperasi, saya tidak lagi mendapatkan penghasilan lagi, bahkan, untuk menerima panggilan keluar juga tidak bisa, karena kita bekereja di karaoke famili, terang Nur seperti dilansir dari RRI
Hana Suryani Ketua Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta (Asphija), sangat menyayangkan atas perlakuan pemerintah provinsi DKI Jakarta, yang tak memperdulikan pada pengusaha hiburan malam, dan terkesan menutup mata, pura pura tak melihat.
"Sejauh ini kami, sama sekali tidak pernah diajak diskusi dalam semua hal oleh pemerintah terkait, padahal, kami adalah penyumbang ke tiga terbesar PAD, namun kami malah terkesan mendapatkan perlakuan sebelah mata," terangnya.
"Kami berharap kepada pemerintah untuk memikirkan keadaan kami yang sudah semakin kritis ini, dan sampai saat ini kami sudah tidak bisa bayar sewa tempat, bahkan semua aset sudah kami angkat", harapnya.
Hana juga menyampaikan, "Jika dalam waktu dekat ini dari pemerintah tidak ada respon dan solusi atas tuntutan kami, maka kami akan menggelar aksi lagi," tambahnya. ***