PT. Garuda Indonesia Terancam Gulung Tikar, Begini penjelasannya

- 20 Juli 2020, 18:00 WIB
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia./ Instagram/@garuda.indonesia
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia./ Instagram/@garuda.indonesia /
 
SEMARANGKU - Pandemi virus corona atau Covid-19 membuat dunia usaha terpuruk. Salah satunya di bisnis transportasi udara. Hal ini dialami oleh Garuda Indonesia yang terancam gulung tikar.
 
PT Garuda Indonesia (persero) TBK (GIAA) mengalami keanjlokan pendapatan hingga 90 persen. Bahkan PT Garuda Indonesia sudah mengalami kerugian mencapai Rp15,8 triliun dan masih lagi harus menanggung hutang sebesar Rp31,93 triliun.
 
Akibatnya, 800 karyawan PKWT (perjanjian kerja waktu tertentu) kini telah menghadapi penawaran untuk pensiun dini dan penundaan pembayaran atas oprasionalnya.
 
 
Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, dirinya mengakui jika untuk saat ini dari Garuda Indonesia telah menawarkan kepada para karyawan untuk pensiun dini, dan sebanyak 400 karyawan sudah menerima tawarannya, jika menurut aturan usia di atas 45 tahun bisa mengajukan untuk pensiun dini.
 
Tak hanya itu, Irfan juga menjelaskan, jika Pt Garuda Indonesia kondisi keuangannya sedang tidak baik, dirinya menjelaskan jika pendapatan di perusahaannya mengalami keanjlokan 90 persen, dan hanya tersisa pendapatan 10 persen saja, semua itu dikarenakan dampak dari Covid-19 yang tak kunjung berakhir, jelasnya.
 
Selain itu irfan juga mengatakan jika sampai saat ini tercatat utang Garuda Indonesia tembus hingga Rp32 triliun. Dengan perincian sebagai berikut, hutang usaha senilai US$905 juta dan hutang pinjaman ke bank senilai US$1,313 miliar.
 
 
Dan setelah pihak Garuda memproyeksikan, kerugian pada tahun ini sebesar US$1,1miliar atau setara Rp15,8 triliun.
 
"Saldo hutang usaha dan pinjaman bank per 1 juli 2020 dengan total 2,2 miliar dolar (AS), yang terdiri dari US$905 juta operasional, sedangkan untuk pinjaman jangka pendek US$668 juta, dan pinjaman jangka panjang US$645 juta, sementara sukuk pinjaman US$500 juta berhasil kita negosiasi dan extend di bulan juli 2023 nanti.
 
Akibat dari buruknya keuangan dari Garuda Indonesia, pengadaan 49 Boeing dan 4 Airbus terpaksa di tunda seperti dilansir dari Pikiran-Rakyat.com.
 
 
 
Rencana pengadaan pesawat ini sejak 2011-2015 yang lalu, Airbus diketahui terlibat memberikan suap untuk memuluskan pembelian pesawat dari perusahaanya.
 
Menurut Irfan, untuk saat ini langkah yang di ambilnya sudah sangat tepat, yang bertujuan agar Airbus memberikan ganti rugi, dan bila tidak memberikan, pihak Garuda sudah siap untuk menempuh kejalur hukum melalui pemerintah Inggris.
 
"Kami menunda untuk kedatangan 4 Airbus di tahun ini dan kami masih bernegosiasi untuk penerimaanya," ungkapnya.
 
 
Sementara itu, adanya bantuan dari pemerintah tidak mencukupi, hanya senilai Rp8,5 triliun dengan bantuan anggaran sebanyak itu hanya bertahan sampai 2024 saja, tegas irfan.
 
Sementara salah satu pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center(AIAC) menyampaikan.
 
"Jika melihat hutang dari maskapai ini yang senilai Rp31,9 triliun, menurut saya maskapai ini tidak akan bertahan lama, dan saya perkirakan jika begini terus, di tahun 2024 mereka sudah tidak beroperasi lagi, jelasnya.

Editor: Heru Fajar

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x