Uniknya Bahasa Jawa, 10 Daftar Kata-kata Jawa yang Sering Diucapkan Ternyata Punya Makna yang Salah

- 9 Februari 2023, 09:10 WIB
Uniknya Bahasa Jawa, 10 Daftar Kata-kata Jawa yang Sering Diucapkan Ternyata Punya Makna yang Salah
Uniknya Bahasa Jawa, 10 Daftar Kata-kata Jawa yang Sering Diucapkan Ternyata Punya Makna yang Salah /unsplash.com

 


SEMARANGKU - Bahasa Jawa memang memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Bahasa Jawa sehari-hari yang biasa diucapkan ternyata banyak orang salah kaprah dengan makna kata-kata tersebut.


Masyarakat Jawa sudah lumrah dengan kata-kata tersebut meskipun sebenarnya tahu jika kata-kata tersebut memiliki makna yang salah dan lucu.


Dalam Sastra Jawa, hal tersebut disebut dengan istilah rurabasa. Rurabasa terdiri dari 2 susunan kata yaitu rurah yang artinya rusak dan basa yang artinya bahasa. Jika dijabarkan secara keseluruhan artinya bahasa yang rusak susunan katanya namun oleh masyarakat umum sudah menjadi lazim karena sering diucapkan.

Baca Juga: Harga Samsung Galaxy S22 Ultra yang Semakin Menarik Saat Seri S23 Rilis, Tinggal Segini


Rurabasa sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan sudah menjadi lumrah bagi masyarakat Jawa. Padahal kata-kata tersebut mempunyai makna yang salah karena susunannya yang lucu.


Berikut 10 contoh kata-kata rurabasa yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa dalam kegiatan sehari-hari :


Mbuntel tempe (bungkus tempe)

Seharusnya yang benar mbuntel dhele (bungkus kedelai) supaya jadi tempe.


Ngenam klasa (menganyam tikar)

Seharusnya Ngenam pandan/rotan (Menganyam pandan/rotan) supaya menjadi klasa (tikar).


Mikul dawet (memikul es dawet)

Seharusnya mikul (memikul) gentong es dawet yang merupakan wadah dari dawet.


Menek klapa (memanjat kelapa)

Yang benar adalah menek pohon kelapa (memanjat pohon kelapa) untuk mendapatkan buah kelapa.


Godhog wedang (rebus wedang)

Seharusnya godhog banyu (rebus air) untuk dijadikan wedang bukan godhog wedang karena sudah jadi wedang.


Adhang sega (menanak nasi)

Harusnya adhang beras (menanak beras) supaya beras jadi sega (nasi).


Tangi turu (bangun tidur)

Maksudnya bangun dari tidurnya, namun kata tersebut menjadi lucu karena mempunyai makna yang kontradiktif.


Jahit klambi

Harusnya jahit kain agar jadi klambi (baju) bukan jahit baju yang sudah jadi.


Nulis layang (menulis surat)

Maksudnya menulis tulisan agar menjadi surat.


Gawe jamu (membuat jamu)

Harusnya mengolah empon-empon supaya jadi jamu.

Baca Juga: Intip Syarat dan Jadwal Pendaftaran UTBK-SNBT 2023, Kapan Pelaksanaan UTBK Gelombang I dan II?
Kata-kata rurabasa juga sering ditemukan pada tembang-tembang macapat. Contohnya :


Timbang nganggur nggodhog-nggodhoga wedang to nduk

(Daripada nganggur, rebus-rebuslah wedang ya nduk)


Dalam tembang tersebut terdapat kata nggodhog-nggodhoga wedang yang maknanya sudah dijelaskan di 10 contoh di atas tadi. Bahasa tersebut digunakan masyarakat Jawa untuk memudahkan dalam pengucapan sehari-hari, karena jika dibahasakan dengan makna sebenarnya malah terkesan berbelit-belit dan aneh, sehingga ditakutkan malah tidak dipahami oleh orang lain.


Bahasa Jawa memang memiliki keunikan tersendiri yang patut dilestarikan, karena bahasa-bahasa suku yang ada di Indonesia merupakan kekayaan intelektual Negara Indonesia, yang mana Indonesia terkenal dengan negara kepulauan yang memiliki banyak suku.


Sebagai generasi muda haruslah ikut melestarikan kekayaan intelektual di negara kita ini agar tidak hilang dimakan zaman atau diklaim oleh negara lain.*** 

 

Editor: Risco Ferdian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x