Mengulik Peristiwa 10 Maret, Sejarah Persatuan Artis Film Indonesia PARFI

10 Maret 2023, 18:30 WIB
Sejarah Hari PARFI dan naik-turun perjalanannya/ /Ilustrasi dari Jeremy Yap/Unsplash

SEMARANGKU - Hari Persatuan Artis Film Indonesia dirayakan setiap tanggal 10 Maret. 

Persatuan Artis Film Indonesia atau yang disingkat PARFI merupakan sebuah organisasi yang dibentuk melalui sejarah dan perjalanan panjang yang dimulai sejak tahun 1940. 

Mengutip dari akun website PARFI dan akun YouTube Dulu Sekarang Channel (09/03/2023), sejarah PARFI berawal dari terbentuknya organisasi bernama Sarikat Artis Indonesia (Sari)  yang merupakan keinginan para artis Indonesia. 

Anggota ‘Sari’ terdiri dari pemain sandiwara, penari, sutradara, penyanyi, dan bahkan pelukis.

Baca Juga: Wajib Waspada, Kondisi Kulit dengan 9 Ciri-ciri Ini Menandakan Adanya Gangguan Ginjal

Di tahun 1951 lahir Persatuan Artis Film dan Sandiwara Indonesia (Persafi) yang merupakan wadah lanjutan dari organisasi ‘Sari’. Tetapi, sama seperti ‘Sari’, ‘Persafi’ juga mengalami kevakuman.

Kemudian lahirlah Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) pada tahun 1956 dan diresmikan oleh ibu negara, Fatmawati pada 10 Maret 1956.

Setelah perjalanan panjang dan menjadi saksi sejarah, maka ditetapkan 10 Maret 1956 sebagai Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) yang didirikan di Gedung SPKA, Manggarai, Jakarta dengan sekretariat di Jalan Kramat No.5 Jakarta Pusat, dengan Suryosumarto sebagai Ketua Umumnya.

Baca Juga: Sinopsis Film Surga di Bawah Langit, Soroti Isu Pendidikan Dibintangi Oleh Reza Rahardian Tayang Maret 2023

Pendiri Parfi adalah Usmar Ismail, Suryosumarto dan Jamaluddin Malik. Usmar Ismail berbekal keilmuannya, Djamaluddin Malik dengan ilmu bisnisnya, dan Suryosumarto yang merupakan seorang jurnalis sekaligus sastrawan pada masa itu. 

Sebagai organisasi, PARFI diharapkan dapat menjadi wadah, penghimpun, pemersatu dan penyaluran dana kreasi serta amal perjuangan artis film Indonesia dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Khususnya untuk meningkatkan derajat dan martabat film nasional. 

Pada tahun 1971, ketika Suryosumarto meninggal dunia, jabatan ketua umum Parfi dilanjutkan oleh Wahyu Sihombing sebagai pejabat sementara. 

Setahun kemudian terpilihlah Sofia WD sebagai ketua umum PARFI dan jumlah anggota PARFI terus bertambah seiring kegiatan produksi film. 

Pada era 1970-an, PARFI menikmati masa keemasannya berkat diterbitkannya SK bersama Nomor 71 oleh Menteri Penerangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri, yang mewajibkan para importir film untuk memproduksi film nasional dan setiap produksi film harus mendapatkan rekomendasi dari PARFI.

Tetapi pada kepengurusan Ratno Timoer sekitar tahun 1984, produksi film Nasional mulai menurun seiring keluarnya SK menteri penerangan yang mencabut izin produksi dan rekomendasi organisasi PARFI. 

Seiring berjalannya waktu, PARFI masih berjalan dan hubungannya dengan organisasi perfilman lain, pemerintah dan partai politik juga cukup harmonis. 

Pada periode 2020-2025, PARFI telah menyelenggarakan kongres ke-16 pada tanggal 10 Maret 2020 di Hotel Maharadja, Jakarta Selatan dengan dihadiri oleh 360 peserta yang menetapkan Alcia Djohar sebagai Ketua Umum Pengurus Besar PARFI selanjutnya.***

Editor: Heru Fajar

Tags

Terkini

Terpopuler