Network
SEMARANGKU – Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan menurut tradisi kuno adalah hari terjadinya musibah. Oleh karenanya, umat Islam menyikapi permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan melakukan sholat Lidaf’il Bala.
Biasanya, orang Jawa, Sunda, dan Madura beranggapan Rebo Wekasan sebagai hari turunnya bala atau musibah. Oleh karenanya, tradisi orang Jawa kuno menangani permasalahan tersebut melalui acara selametan dan atau sesajin.
Maka, datangnya Islam bukan langsung menghilangkan kepercayaan masyarakat melainkan eksistensi atau nilai yang dilakukan masyarakat diganti berbentu amalan-amalan positif antara seorang hamba kepada Tuhan, atau dikenal dengan Sholat Lidaf’il Bala.
Baca Juga: Niat Sholat Rebo Wekasan 2020 dan Surat yang Harus Dibaca Agar Terhindar dari Bahaya atau Tolak Bala
Baca Juga: Warga Semarang Aksi Tolak Demonstrasi Omnibus Law UU Cipta Kerja yang Anarkis, Lebih Baik Damai
Sebab, Islam mempercayai bahwa hari Rabu akhir bulan Safar adalah hari marabaya sebab Allah menurunkan 360 ribu musibah ke muka bumi ini.
Hal ini sesuai dengan perkataan Imam Abdul Hamid Quds, Mufti Imam Masjidil Haram Mekkah pada awal abad 20 dalam bukunya “Kanzul Najah was-Suraar fi Fadail al-Azmina Wasy-Syuhaar mengatakan:
“Banyak Waliyuallah yang mempunyai pengetahuan spiritual telah menandai bahwa setiap tahun terdapat 320 ribu balak (Baliyyat) jatuh ke bumi pada hari Rebo terkahir bulan Safar.
Berikut Semarangku merangkum tata cara shalat Lidaf’il Bala pada Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan sebagaimana dikutip kitab al-Jawahir al – Khomsi halam 51-52 setelah selesai shalat Maghrib sampai pagi hari pada hari rabu terakhir bulan Safar sebanyak 4 rakaat 2 kali salam.
